Jakarta: Pemerintah bakal membangun 48 fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) nikel hingga 2024. Smelter berfungsi mengolah nikel menjadi baterai dalam rangka mendukung percepatan pengembangan mobil listrik.
"Saat ini ada nikel smelter kurang lebih 48 proyek yang kita harapkan selesai pada 2024," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dalam program Economic Challenges Metro TV bertajuk ‘Hilirisasi Menggaet Investasi’, Senin, 27 Juli 2020.
Arifin menjelaskan smelter bakal tersebar di seluruh Indonesia. Mulai dari Banten, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, hingga Maluku Utara.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?Happy Inspire Confuse Sad Saat ini, kata Arifin, ada 11 smelter yang telah beroperasi. Sedangkan 19 smelter masih dalam proses konstruksi.
Baca: 2022, 59 Juta Ton Bijih Nikel Bisa Diolah Smelter Dalam Negeri
Jumlah itu masih akan terus bertambah. Salah satu proses yang tengah berlangsung adalah smelter khusus nikel berkadar rendah untuk memproduksi baterai remote televisi.
"Rencananya ada enam smelter dan 1 smelter dari konsorsium BUMN," ucap Arifin.
Smelter yang telah diresmikan, kata Arifin, tidak bisa langsung beroperasi dengan kapasitas penuh. Sebab, perlu ada penyesuaian di tahap awal.
"Butuh penyesuaian dua sampai tiga tahun, setelah itu baru bisa full kapasitasnya," ujar dia.
Arifin menyebut pembangunan smelter dalam rangka mendukung hilirisasi nikel. Dia berharap nantinya smelter bisa memberi nilai tambah bagi tambang Indonesia.
"Juga menyerap tenaga kerja dan hal positif lainnya," kata Arifin.