a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Pengakuan Kepala Daerah: Covid-19 Lebih Parah dari Krisis 98

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi Covid-19 yang melanda dunia dianggap lebih berat dibanding dengan krisis yang pernah melanda Indonesia misalnya saja krisis 1998.

"Mengira Covid-19 sekedar virus biasa seperti flu, dampaknya ke ekonomi luar biasa. Kami ada perbedaan di wilayah Jawa, krisis 1998 misal, Alhamdulillah di daerah kami tak merasakan. Karena harga pertanian justru naik jauh luar biasa. Rata-rata di Pulau Sulawesi, di Jawa sulit orang beli motor-mobil, di kami petani yang beli," kata Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola kepada CNBC Indonesia dalam acara "CNBC Indonesia Award" di Jakarta, Jumat (23/10/2020).

"Terasa sekali adalah transportasi & pergudangan, makanan minuman dan konstruksi. Tapi dalam sisi lain, kami ada yang membantu positif dari sisi pertumbuhan yaitu industri pengolahan seperti Nikel, gas yang masih eksis," katanya.

Senada dengan Longki, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mengatakan krisis yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 bersifat multidimensi dan berat bagi masyarakat. Awalnya corona hanya dilihat sebagai masalah kesehatan semata, namun seiring waktu menjadi permasalahan bagi ekonomi dan sosial.

"Harus ada tindakan preventif membatasi interaksi sosial ternyata dampaknya pada ekonomi luar biasa, orang harus mengurangi pergerakan, termasuk di Jawa Barat. Bahkan ekonominya lebih tertekan dibandingkan nasional, Jawa Barat minusnya -5,9%," kata Ridwan Kamil.

Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey juga angkat bicara terkait pandemi covid-19, yang menurutnya berdampak merata ke semua wilayah. Salah satunya adalah dampak dari produksi cengkeh di wilayahnya.

"Biasanya produk cengkeh diserap penuh oleh pabrik rokok di Surabaya. Produk dunia juga lari ke Surabaya. Pabrik tidak membeli cengkeh karena pandemi, hukum permintaan pengeluaran terdampak. Biasa harga Rp 100 ribu sekarang Rp 40-50 ribu, biaya produksi saja, sudah rugi," katanya.

Meski Covid-19 berdampak, nyatanya masih ada hal baik dari pandemi ini. Menurutnya, Sulawesi Utara melakukan terobosan sehingga masyarakat terdorong yaitu melalui hortikultura dan pertanian untuk suplai mencari pasar baru.

"Kita kirim telur, ayam, sayur mayur kan itu, jadi Sulawesi Tengah strategi. Sulawesi Utara juga gitu, Papua juga gitu. Covid-19 ini kita harus dorong," katanya.

"23% PDB dari sumbangan pertanian, tambah lagi ekspor ke Jepang, dari Ambon lewat kita, saya kira hal-hal ini kalau betul-betul mau lakukan, saat kondisi ini tak ada yang mustahil," katanya.