JAKARTA, investor.id - Perkiraan pertumbuhan kinerja operasional diharapkan menopang berlanjutnya pertumbuhan kinerja keuangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) ke depan. Peluang pertumbuhan tersebut juga didukung oleh perkiraan solidnya harga jual nikel di pasar global.
Danareksa Sekuritas memperkirakan peningkatan laba bersih menjadi Rp 807 miliar tahun ini dan diharapkan kembali lanjutkan pertumbuhan menjadi Rp 856 miliar pada 2020, dibandingkan perolehan tahun lalu sebesar Rp 874 miliar. Pendapatan perseroan juga diharapkan meningkat menjadi Rp 28,59 triliun pada 2019 dan Rp 30,25 triliun pada 2020, dibandingkan realisasi tahun 2018 mencapai Rp 25,24 triliun.
Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri mengatakan, Antam diperkirakan mampu untuk menaikkan volume produksi feronikel tahun 2019 dan 2020. Produksi feronikel tahun ini diharapkan tumbuh sekitar 8,6% menjadi 27 ribu ton, seiring dengan kenaikan utilisasi pabrik feronikel di Pomalaa. Volume produksi feronikel perseroan, ungkap dia, diperkirakan lanjutkan pertumbuhan berkisar 11,1% menjadi 30 ribu ton pada 2020. Ekspektasi tersebut didasarkan atas mulai dioperasikannya pabrik feronikel di Halmahera Timur akhir tahun ini.
“Didukung dengan ekspektasi harga nikel yang solid, kami mengharapkan laba bersih perseroan akan lanjutkan pertumbuhan ke depan,” jelasnya dalam riset, baru-baru ini. Estimasi kinerja keuangan Antam Estimasi kinerja keuangan Antam Ekspektasi pertumbuhan kinerja operasional perseroan, menurut Stefanus, dapat dilihat dari realisasi kinerja keuangan dan operasional Antam hingga semseter I-2019.
Volume penjualan nikel perseroan naik 103,4% dan feronikel mencapai 4,6% hingga semester I-2019. Volume penjualan emas juga naik 14,4% dan volume penjualan bauksit diperkirakan naik hingga 138%.
Namun demikian, dia menjelaskan, margin keuntungan kotor dan margin operasional justru mengalami penurunan menjadi masing-masing 16,4% dan 5,1%, dibandingkan periode sama tahun lalu masing-masing sekitar 18,4% dan 8,8%. Penurunan dipengaruhi atas peningkatan beban operasional guna mendongkrak volume produksi. Hal tersebut membuat kenaikan laba bersih perseroan 6,2% menjadi Rp 366 miliar hingga semester I-2019, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 344 miliar. Sedangkan pertumbuhan pendapatan mencapai 22,1% dari Rp 11,81 triliun menjadi Rp 14,42 triliun.
Perolehan laba bersih tersebut mencerminkan 45% dari total target laba bersih tahun ini berdasarkan perkiraan Danareksa Sekuritas dan setara dengan 28% dari target konsensus analis. Penyumbang utama pendapatan perseroan masih berasal dari penjualan emas dengan kontribusi sekitar 67% atau sebesar Rp 9,61 triliun. Angka tersebut didasarkan pada volume penjualan sebanyak 15.741 kg emas pada semester I-2019, dibandingkan periode sama tahun lalu 13.760 kg. Penyumbang kedua pendapatan perseroan berasal dari penjualan feronikel. Pada semester I-2019, penjualan feronikel berkontribusi 16% atau sebesar Rp2,31 triliun. Nilai penjualan tersebut berasal dari volume penjualan feronikel sebanyak 13.157 TNi, meningkat 5%, dibandingkan penjualan feronikel pada semester I-2018 yang mencapai 12.579 TNi.
Bijih nikel juga menjadi salah satu komoditas yang dijual Antam. Pada semester I-2019, Antam bisa menjual bijih nikel sebesar Rp1,76 triliun dengan volume penjualan 3,9 juta wmt. Penjualan ini meningkat 107% dari Rp849 miliar pada semester I-2018 dengan volume penjualan sebanyak 1,92 juta wmt. Kemudian, Antam juga menjual 611 ribu wmt bijih bauksit dengan nilai Rp297 miliar. Nilai tersebut meningkat 138% dibandingkan penjualan 257 ribu wmt dengan nilai Rp 126 miliar.
Selanjutnya, perseroan juga mulai menjual alumina melalui anak usahanya, PT Indonesia Chemical Alumina dengan mengoperasikan pabrik chemical grade alumina (CGA) Tayan. Sampai saat ini, ICA sudah memproduksi 43.631 ton alumina dan menjual 25.674 ribu ton alumina kepada pelanggan.
Berbagai faktor tersebut, khususnya ekspektasi pertumbuhan kinerja operasional dan perkiraan harga jual nikel yang stabil, mendorong Danareksa untuk merevisi naik target harga saham ANTM dari Rp 1.000 menjadi Rp 1.200 dengan rekomendasi beli. Target harga tersebut mempertimbangkan penguatan valuasi perseroan tahun 2020. Perseroan sebelumnya telah meraih fasilitas kredit investasi sebesar US$ 129 juta dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Pinjaman tersebut bertujuan untuk membiayai pinjaman investasi Antam sebelumnya yang akan jatuh tempo pada Juni 2024. Antam juga sedang menjajaki beberapa proyek kerja sama yang akan di eksekusi pada semester II-2019. Beberapa proyek tersebut adalah Smelter Grade Alumina di Menpawah, Kalimantan Barat dengan nilai investasi US$ 900 juta.
Kemudian, proyek blast furnace Nickel Pig Iron (NPI) di Halmahera Timur ber-partner dengan investor Singapura sebagai pemegang saham mayoritas, dengan rencana tahap pertama senilai US$ 100 juta. “Saat ini, Smelter Grade Alumina sudah dalam pembukaan harga dan negosisasi.
Bulan ini selesai, paling tidak di awal september sudah groundbreaking,” ujar Arie Prabowo. Sementara itu proyek Blast Furnace, sudah pada tahap finalisasi financial closing. Targetnya pada bulan September juga sudah melakukan groundbreaking.
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Penguatan Performa Operasional Antam" Penulis: Parluhutan Situmorang Read more at: https://investor.id/market-and-corporate/penguatan-performa-operasional-antam