Jakarta: Pengusaha tambang diajak keluar dari zona nyaman menyambut hilirisasi nikel. Sebab, masih ada pengusaha yang kadung nyaman dengan mengekspor bahan tambang mentah.
"Ada (pengusaha) yang di comfort zone, mesti di-push dan harus naik kelas," kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan P Roeslani, dalam program Economic Challenges Metro TV bertajuk ‘Hilirisasi Menggaet Investasi,’ Senin, 27 Juli 2020.
Rosan menyebut upaya itu harus dimulai dengan perubahan pola pikir. Selain itu, sosialisasi soal manfaat hilirisasi nikel harus dimasifkan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?Happy Inspire Confuse Sad Rosan mengungkapkan ada perusahaan nikel yang protes soal larangan ekspor bahan tambang mentah. Dia menyebut perusahaan nikel perlu melihat manfaat besar hilirisasi nikel.
"(Kalau hilirisasi nikel) pertambahan nilainya tinggi dan dicari keseimbangannya," ujar dia.
Menurut Rosan, pengembangan hilirisasi nikel membutuhkan waktu dan tidak mudah. Butuh kesabaran sebelum wacana itu matang dan mendatangkan investasi.
"Kita harus mengerti semua ada tahapan. Kalau tidak ada investasi, tidak ada lapangan kerja, tidak ada transfer teknologi dan pengetahuan," ujar dia.
Baca: Harga Patokan Logam Nikel Lebih Rendah dari Internasional
Nantinya, kata Rosan, Indonesia menjadi negara mandiri. Hal itu diyakini mengundang investasi ke Indonesia.
"Selama dilakukan konsisten, suatu saat pekerjanya dari kita dan tidak banyak dari asing," ucap Rosan.
Sebelumnya, Luhut mengatakan hilirisasi nikel yang tengah dilakukan pemerintah bisa menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dunia baterai litium. Menurut Luhut, Indonesia memiliki cadangan bijih nikel terbesar dan terbaik kualitasnya di dunia.
Indonesia, kata Luhut, akan mendorong terus pengembangan baterai litium untuk kendaraan listrik. Pasalnya, pada 2030 nanti, Eropa akan mewajibkan semua kendaraan berbasis listrik.
Selain berujung pada baterai litium, hilirisasi nikel saat ini telah memberikan nilai tambah hingga 10,2 kali lipat. Dalam catatan Luhut, ekspor bijih nikel pada 2018 sebanyak 19,25 juta ton mencapai nilai USD612 juta.
Namun, setelah diproses menjadi stainless steel slab, ekspor produk hilirisasi tersebut sebanyak 3,85 juta ton menghasilkan USD6,24 miliar.