JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan, mencatat volume penjualan emas 12.916 ounce sepanjang kuartal I 2016, naik 30,44% dibanding periode yang sama tahun lalu 93.462 ounce. Selain dari produksi tambang Pongkor dan Cibaliung, penjualan emas Antam berasal dari Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia serta memurnian emas dari pihak ketiga di seluruh Indonesia.
Sepanjang kuartal I, Antam mencatat nilai penjualan emas Rp1,5 triliun dari total pendapatan yang mencapai Rp1,98 triliun.
“Komoditas emas menjadi kontributor terbesar pendapatan Antam atau 76% dari total pendapatan kuartal I 2016,” kata Trenggono Sutioso, Sekretaris Perusahaan Antam, dalam keterangan tertulisnya, akhir pekan lalu.
Selain emas, Antam membukukan volume penjualan feronikel 2.625 ton nikel dalam feronikel (TNi), turun dibanding kuartal I 2015 sebesar 4.247 TNi. Penurunan volume penjualan disebabkan adanya pengiriman sebesar 1.507 TNi yang baru dilakukan pada April 2016. Penjualan feroninkel memberikan kontribusi 15% terhadap pendapatan Antam atau sebesar Rp298,05 miliar.
Antam juga mencatat pendapatan dari penjualan bijih nikel sebesar Rp65,56 miliar dari penjualan bijih untuk pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) domestik 201.050 wet metric ton (wmt). Penjualan bijih nikel berasal dari produksi tambang Pulau Pakal yang mencatat produksi 250.986 wmt.
Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini Antam juga mencatat produksi bauksit sebesar 52.854 wmt dan volume penjualan 47.386 wmt. Penjualan bauksit sepenuhnya ditujukan ke PT Indonesia Chemical Alumina yang merupakan perusahaan patungan dengan Showa Denko KK, Jepang yang mengoperasikan pabrikChemical Alumina Grade di Tayan, Kalimantan Barat. Bauksit tercatat memberikan pendapatan sebesar Rp17,22 miliar pada Antam.
Antam juga membukukan pendapatan Rp39,47 miliar dari penjualan batu bara yang dilakukan entitas anak PT Indonesia Coal Resources.