Direktur Utama Antam Arie Ariotedjo mengaku ekspor ore nikel hanya berkontribusi sekitar tujuh persen dari pendapatan Antam. Saat ini Antam mengekspor ore nikel ke beberapa negara seperti Tiongkok, Uzbekistan, dan Korea.
"Enggak ganggu (kinerja keuangan) lah. Kalau nikel ore kan, dari pendapatan kita hanya kontribusinya hanya 7 persen. Kecil sekali," kata Arie ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2019.
Arie juga menjelaskan bisnis Antam itu beragam tidak hanya nikel sehingga pelarangan ekspor ore nikel tersebut sudah dipastikan tidak berpengaruh signifikan kepada keuangan perseroan.
"Antam itu ada bauksit, ada emas, ada nikel. Sehingga pengaruh dari pelarangan ore nikel ini tidak terlampau signifikan terhadap antam. sekitar hanya tujuh persen dari income," ucap dia.
Lebih lanjut Arie menambahkan hingga Agustus 2019 perusahaan telah mengeskpor 3,5 juta ore nikel. Perusahaan juga masih akan membuka ekspor 1,4 juta ton untuk nikel blast furnace.
"Kita masih ada open 1,4 juta ton itu untuk nikel blast furnace. Proyek ini belum final financingnya, harus dipasin dulu uangnya. Semenstara sisanya lagi di Oktober kita akan ekspor 1,2 juta untuk di Feni Haltim," tukas dia.
Sebelumnya Menteri Koordinato Bidang kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengusulkan larangan ekspor ore nikel dipercepat.
Percepatan pelarangan itu dimakasud agar investor masuk untuk membangun smelter di dalam negari. Selain itu katanya, percepatan larangan ekspor ore itu harus dilakukan untuk kepentingan bahan baku baterai, sebab pemerintah tengah mendorong pembangunan pabrik baterai untuk pengisian kendaraan listrik Saat ini dirinya tengah menunggu arahan dari presiden Joko Widodo.