Perdana, Merdeka Copper Gold Jual Emas 139 Kg ke Hong Kong
Jakarta, CNN Indonesia — PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) telah melakukan penjualan emas perdana sebanyak 139 kilogram (kg) pada Mei 2017. Dari penjualan tersebut, perusahaan akan mendapatkan dana segar sebesar US$5 juta.
Sekretaris Perusahaan Merdeka Copper Ellie Turjandi menjelaskan, meski penjualan dilakukan pada Mei lalu, tetapi dana hasil penjualan baru akan diraih pada Juni ini.
“Itu untuk penjualan di HSBC Hong Kong,” terang Ellie, dikutip Jumat (9/6).
Penjualan perdana ini seiring dengan produksi emas yang baru dilakukan perusahaan pada 17 Maret lalu. Total produksi perdana emas Merdeka Copper sendiri tercatat sebanyak 69.741 gram.
Selain ke Hong Kong, perusahaan juga memiliki pasar baru dan telah melakukan kontrak dengan Bank Nova Scotia yang berkantor pusat di Kanada. Untuk lebih melebarkan sayapnya, manajemen mengklaim juga telah melakukan pembicaraan dengan calon pembeli di Australia dan Singapore.
“Kami juga jajaki dengan Perth Mint dari Australia dan Metallore dari Singapore,” ucap Ellie.
Ellie tidak dapat memastikan kedua pihak tersebut akan melakukan penawaran harga atas penjualan emas Merdeka Copper tahun ini. Pasalnya, saat ini, pihaknya masih menunggu angka penawaran yang pasti sebelum melakukan penjualan.
“Kami lihat harga internasional, kemudian kami bilang bahwa kami tanggal sekian ada produksi sekian kg, apakah mau beli atau tidak, nanti dia masukan bid dia berapa,” papar Ellie.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, perusahaan menargetkan rata-rata produksi tahunan sekitar 100 ribu ons emas dan 300 ribu ons perak dalam waktu sembilan tahun ke depan.
Saat ini, perusahaan memiliki lahan tambang di kawasan Tujuh Bukit, Bayuwangi, Jawa Timur. Adapun secara keseluruhan, sumber daya mineral proyek Tujuh Bukit ditaksir mencapai sekitar 30 juta ons emas, 79 juta ons perak, 19 lbs tembaga.
Produksi Tembaga
Selain emas, perusahaan juga berencana untuk merambah bisnis tembaga. Saat ini, Merdeka Copper telah mengantongi pinjaman sebesar US$15 juta untuk melakukan studi kelayakan di lahan yang memiliki potensi pengembangan tambang jenis tembaga.
“Itu kebutuhan dananya besar sekali, US$15 juta baru untuk studi sangat awal,” tutur Ellie.
Sementara itu, Direktur Utama Merdeka Copper Adi Adriansyah Sjoekri mengatakan, rencana pengembangan tembaga masih berada dalam tahap kajian. Perusahaan, saat ini menurut dia, masih mengolah konsep untuk lahan tambang tembaga tersebut.
“Itu potensinya lahan 400 meter di bawah operasional yang diatas, kami lagi konsep yang di bawah,” ungkap Adi.
Menurutnya, studi kelayakan bisa memakan waktu sekitar dua hingga tiga tahun. Setelah proses studi kelayakan selesai dan pengembangan tembaga dapat dilakukan, perusahaan berencana membangun smelter untuk memenuhi aturan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Iya kami akan ke sana larinya (bangun smelter). Karena kami saat ini masih produksi emas, belum terkendala harus bangun smelter,” katanya.
Adi menyebut adanya kemungkinan untuk melakukan kerja sama dalam pembangunan smelter tembaga dengan pihak lain. Hanya saja, hal itu masih belum terbayang jelas dalam rencana perusahaan saat ini.
“Kami masih selesaikan studi kelayakannya dulu,” imbuhnya.
Seperti diketahui, ketentuan yang mengharuskan penambang tembaga memiliki smelter untuk bisa ekspor tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 28 Tahun 2017 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Selain itu, aturan terkait ekspor tambang mineral juga terdapat dalam Permen No 35 Tahun 2017 tentang tata cara dan persyaratan pemberian rekomendasi pelaksanaan penjualan mineral ke luar negeri hasil pengolahan dan pemurnian. (agi)