Perusahaan Smelter Rugi Gara-Gara Harga Tembaga Olahan Anjlok
REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perusahaan smelter di Cina dan Jepang mengalami penurunan produksi menyusul berhentinya produksi dua tambang tembaga terbesar di dunia, Indonesia dan Chilie dua tahun terakhir. Menurunnya produksi memaksa perusahaan smelter harus menelan pil pahit sebab anjloknya harga tembaga konsentrat.
Dilansir dari Reuters, harga tembaga pada pemurnian tahap pertama yang dioperasikan perusahaan smelter di Cina dan Jepang anjlok dan mencapai posisi paling rendah selama empat tahun terakhir. Tercatat, harga tembaga konsentrat yang dikirim ke Cina mencapai 70 dolar per ton setelah sebelumnya, pada April 2013 mencapai 92,5 dolar per ton.
"Perusahaam smelter terpaksa harus memotong biaya agar bisa bersaing dan bertahan dikondisi krisis seperti ini," ujar salah satu sumber perusahaan smelter dikutip dari Reuters, Kamis (9/3).
Salah satu indikator merosotnya produktivitas perusahaan smelter di Cina dan Jepang terllihat dari Break Even Poin atau balik modal yang diperoleh perusahaan smelter di Cina hanya mencapai 55 dolar per ton dan untuk Jepang 45 dolar per ton.
Menurunnya pasokan juga memaksa perusahaan smelter memberhentikan beberapa mesin smelternya. Pihak perusahaan memutuskan untuk memasukan mesin smelter dalam masa perawatan atau tidak beroperasi sama sekali.
Dampak merosotnya pasokan tembaga konsentrat juga dirasakan oleh perusahaan smelter di India. India Vendata Resources mengatakan pihaknya sudah mengambil langkah antisipatif melihat kondisi produksi impor konsentrat tak mengalami perbaikan selama empat tahun terakhir.