Potensi bijih masih cukup besar, Bos Freeport: Idealnya izin sampai cadangan habis
Wilayah tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) masih memiliki potensi sumber daya yang melimpah. Mengandalkan tambang bawah tanah (underground mine), saat ini tambang tembaga di Papua itu memiliki cadangan mineral hingga 1,3 miliar ton bijih yang bisa ditambang sampai tahun 2052.
Tak hanya itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan bahwa tambang bawah tanah Freeport juga masih memiliki potensi sumber daya mineral sekitar 2 miliar ton bijih. Jika dilakukan eksplorasi lanjutan, sambungnya, sumber daya tersebut bisa menjadi tambahan cadangan hingga 1 miliar ton bijih.
"Di bawah sini (di luar tambang bawah tanah yang sedang dikembangkan PTFI) ada potensi sumber daya sekitar 2 miliar ton. Kalau dilakukan eksplorasi lanjutan yang detail, bisa menjadi cadangan separuhnya, tambahan 1 miliar ton," kata Tony dalam webinar yang digelar Jumat (4/9).
Menurut perhitungannya, cadangan sebesar itu bisa memperpanjang umur tambang hingga 10 tahun-15 tahun. Tapi, Tony menegaskan bahwa PTFI tidak melakukan eksplorasi lanjutan untuk menambah cadangan tersebut.
Dia beralasan, berdasarkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), PTFI hanya memiliki izin hingga tahun 2041.
"Jadi itu, kami tidak melakukan eksplorasi lanjutan atas sumber daya yang ada di bawahnya, tidak mine-able kalau izinnya sampai 2041," sebutnya.
Tony menilai izin tambang idealnya diberikan hingga cadangan berakhir. Menurutnya, pembatasan izin dapat bertentangan dengan konservasi pertambangan, ketika izin berakhir padahal potensi dan cadangannya masih tersedia.
"Jadi kalau saya ditanya, dan saya yakin senior-senior tambang yang lain juga akan setuju. Sebaiknya barangkali izin pertambangan itu diberikan sampai akhir dari sumber daya atau cadangan itu," kata Tony.
Andalkan tambang bawah tanah Perihal rencana penambangan PTFI, dia membeberkan bahwa tambang terbuka (open pit) Grasberg sudah selesai dan tak lagi ditambang sejak 2019. Sehingga, saat ini pihaknya sudah mengandalkan produksi dari tambang bawah tanah.
Sebelumnya, sudah ada underground mine yang dikembangkan PTFI, yaitu DOZ Block Cace dan Big Gossan Stope. Pada masa transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, PTFI mengembangkan dua blok lagi, yakni blok Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Grasberg Blok Cave yang berada persis di bawah Grasberg open pit.
Selain keempat underground mine tersebut, sebenarnya ada satu blok tambang bawah tanah lain yang berpotensi untuk dikembangkan, yakni Kucing Liar Block Cave. Namun, Tony mengatakan pihaknya tidak akan mengembangkan Kucing Liar.
"Kalau Kucing Liar ini ditambang, bisa lebih dari 2052. Sementara izin kita sampai 2041," kata Tony.
Pasalnya, dari pengembangan DMLZ dan Grasberg Block Cave saja, cadangan yang bisa ditambang cukup hingga tahun 2043-2044. Dari kedua tambang bawah tanah tersebut, PTFI menargetkan mampu mengembalikan tingkat produksi ke level 200.000 ton bijih per hari.
Menurut Tony, masa transisi saat ini sudah mencapai 50%-60%. Tahun depan direncanakan mencapai 80% dan bisa beroperasi penuh mulai tahun 2022 hingga 2041 saat perizinan berakhir.
Dari sisi volume Tony menggambarkan bahwa produksi tembaga PTFI ditaksir hampir mencapai 800 juta pound dan 820.000 ounces emas. Tahun depan, volumenya bisa naik dua kali lipat dengan 1,4 miliar pound tembaga dan 1,4 juta ounces emas.
Pada 2022, kembali meningkat ke level 1,6 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounces emas. "Dan akan stabil di 1,6 miliar -1,7 miliar pound tembaga dan emasnya 1,6 juta - 1,7 juta ounces," ungkap Tony.
Menurutnya, pengembangan bawah tanah memerlukan persiapan yang panjang. Pasalnya, PTFI sudah melakukan pengambangan sejak 2004 untuk tambang bawah tanah dengan total investasi mencapai sekitar US$ 8 miliar.
"Selama 15 tahun kita mulai dan sekarang mulai memetik hasilnya. Ke depannya, kami masih akan investasi lebih dari US$ 15 miliar sampai 2041," pungkas Tony.