a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Produksi emas dan tembaga Freeport menukik tajam sepanjang 2019

' />
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi emas dan tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) mengalami penurunan drastis sepanjang 2019.

Mengutip laporan tahunan Freeport-McMoran (FCX), pada 2019 lalu, produksi tembaga PTFI tercatat sebanyak 607 juta pounds atau turun hingga 47,67% year on year (yoy). Pada periode yang sama tahun sebelumnya PTFI membukukan produksi sebesar 1,16 miliar pounds.

Penurunan produksi tembaga diikuti dengan penurunan penjualan. Pada 2019 penjualan tercatat sebesar 667 juta pounds atau turun 40,97% yoy. Pada 2018 lalu penjualan tembaga mencapai 1,13 miliar pounds.

Realisasi harga rata-rata untuk komoditas mineral tembaga ini pun turun US$ 2,72 per pounds pada 2019 dari US$ 2,89 per pounds di 2018 silam.

Kondisi tak lebih baik juga ditunjukkan komoditas emas PTFI. Sepanjang 2019, produksi emas PTFI tercatat sebesar 863.000 ounces. Realisasi ini turun drastis hingga 64,27% yoy dari capaian tahun 2018 yang mencapai 2,41 juta ounces.


Penurunan juga tercermin lewat penjualan emas yang mencapai 973.000 ounces atau turun 58,87% yoy. Pada 2018 silam, penjualan emas PTFI mencapai 2,36 juta ounces.

Kendati demikian, pada 2019 lalu terjadi kenaikan untuk realisasi harga rata-rata untuk komoditas emas menjadi US$ 1.416 per ounces dari US$ 1.254 per ounces pada 2018.

Kendati demikian, President and Chief Executive Officer FCX Richard C. Adkerson mengungkapkan, secara agregat PTFI menghasilkan lebih dari 27 miliar pounds tembaga dan 46 juta ons emas dalam periode 30 tahun dari 1990 hingga 2019 lewat tambang terbuka Grasberg.

Adapun, kinerja tambang terbuka Grasberg dinilai sejalan dengan rencana jangka panjang perusahaan khususnya transisi menuju pengembangan tambang bawah tanah.

"Selama kuartal keempat 2019, PT-FI menyelesaikan penambangan di tambang terbuka Grasberg dan terus mencapai tonggak penting dalam meningkatkan produksi sejumlah besar tembaga dan emas," terang Adkerson dikutip dari laman resmi FCX.

Adkerson melanjutkan, lewat pengembangan tambang bawah tanah PTFI, pihaknya meyakini dapat terjadi peningkatan produksi bertahap hingga 2023 mendatang.

Pengembangan Grasberg Block Cave diharapkan meningkatkan tingkat produksi hingga rata-rata 30.000 metrik ton bijih per hari pada tahun 2020, kemudian meningkat lebih dari 60.000 metrik ton bijih per hari pada 2021 dan 130.000 metrik ton bijih per hari pada tahun 2023 dari lima blok produksi yang mencakup 335.000 meter persegi.

Adapun, cadangan dari Grasberg Block Cave milik PTFI berjumlah 17,2 miliar pounds tembaga dan 14,2 juta ons emas pada 31 Desember 2019, atau mewakili sekitar setengah dari total cadangan tembaga dan emas PT-FI.



Sementara itu, tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ) disebut telah melanjutkan peningkatan produksinya.

Operasi rekah hidrolik yang dilakukan diklaim telah efektif dalam mengelola tekanan batuan dan mengondisikan gua setelah aktivitas seismik yang disebabkan oleh penambangan yang dialami pada 2017 dan 2018 silam.

Tak hanya itu, ekstraksi bijih melebihi proyeksi atau sekitar 16.000 metrik ton bijih per hari pada akhir tahun 2019.

Lewat sejumlah upaya pengembangan, PTFI mengharapkan laju produksi yang lebih tinggi mencapai rata-rata 29.000 metrik ton bijih per hari pada tahun 2020, mendekati 60.000 metrik ton bijih per hari pada 2021 dan 80.000 metrik ton bijih per hari pada 2022 dari tiga blok produksi.

"Hasil hingga saat ini dari Grasberg Block Cave dan tambang bawah tanah DMLZ adalah positif dan sejalan dengan rencana jangka panjang untuk mencapai tingkat produksi penuh," jelas Adkerson.

Proyek Smelter

Selain sejumlah upaya pengembangan tambang bawah tanah dan transisi dari tambang terbuka. PTFI juga terus mengupayakan kemajuan proyek smelter.

Proyek smelter ini sendiri ditargetkan rampung pada 21 Desember 2023 mendatang.

PTFI menjelaskan, pemilihan situs untuk smelter telah dilakukan dan persiapan lahan tengah dilakukan. Selain itu, tahapan Front End Engineering Design (FEED) diharapkan dapat rampung pada tahun ini.

Belanja modal untuk proyek ini mendekati US$ 3 miliar. Secara khusus, perkiraan belanja modal untuk proyek smelter di tahun 2020 mendekati US$ 0,5 miliar.

Kontan.co.id mencatat, PTFI memproyeksikan, smelter ini akan rampung lima tahun sejak penerbitan izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada Desember 2018 lalu.

Izin ini keluar beriringan dengan transaksi divestasi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

PTFI juga telah menginvestasikan US$ 151 juta untuk kelangsungan proyek smelter tersebut.

Proyeksi 2020

Adapun, pada tahun ini, volume penjualan konsolidasi dari PT-FI diperkirakan akan mendekati 750 juta pounds tembaga dan 0,8 juta ons emas pada tahun 2020, dibandingkan dengan 667 juta pounds tembaga dan 1,0 juta ons emas pada tahun 2019.

Penetapan target tersebut berangkat dari proyeksi peningkatan produksi dari badan bijih bawah tanahnya serta produksi logam yang diharapkan meningkat secara signifikan pada tahun 2021.

Selain itu, pada tahun ini, PTFI memperkirakan harga emas berada pada kisaran rata-rata US$ 1.500 per ounce untuk tahun 2020 dan berangkat dari pencapaian volume penjualan saat ini dan perkiraan biaya, termasuk biaya tunai bersih unit (termasuk kredit emas dan perak)diperkirakan akan mendekati US$ 1,04 per pounds tembaga untuk tahun 2020.

Di sisi lain, untuk belanja modal, terkhusus pengembangan tambang bawah tanah, diperkirakan berkisar US$ 0,8 miliar per tahun untuk periode tiga tahun 2020 hingga 2022.