Produksi nikel anak usaha Antam di Gag-Papua naik 287%
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Gag Nikel, anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencapai lonjakan produksi bijih nikel di sepanjang semester I tahun ini. Perusahaan yang mengoperasikan tambang nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat itu mencatatkan kenaikan produksi hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan produksi pada paruh pertama tahun lalu.
Presiden Direktur PT Gag Nikel, Risono, menyampaikan, hingga Juni 2019, Gag sudah memproduksi bijih nikel sebanyak 821.349 ton. Jumlah itu naik 287% dari periode yang sama pada tahun 2018, yang hanya mencapai 286.000 ton. "Bijih nikel kita produksi hampir tiga kali lipat dari produksi Semester 1 tahun lalu," kata Risono kepada Kontan.co.id, Senin (1/7).
Risono menyatakan, meroketnya realisasi produksi ini sejalan dengan peningkatan target produksi PT Gag Nikel yang pada tahun ini membidik 1,8 juta ton bijih nikel. Jumlah itu naik dua kali lipat dibanding realisasi produksi tahun lalu yang mencapai 912.000 ton bijih nikel.
Risono mengatakan, produksi dari PT Gag Nikel berkontribusi sekitar 9,8% bagi perolehan bijih nikel Antam pada tahun lalu. Sementara pada tahun ini, kontribusi bijih nikel dari Gag ditargetkan meningkat jadi 17,14%.
Adapun, pada periode lima bulan pertama tahun 2019, Antam mencatatkan volume produksi bijih nikel mencapai 3,98 juta ton. Sepanjang tahun ini, Antam mematok target produksi sebanyak 10,5 juta ton, atau meningkat 14% dari tahun 2018 yang sebesar 9,2 juta ton.
Lebih lanjut, Risono menargetkan bahwa produksi bijih nikel dari PT Gag Nikel bisa mencapai level 3 juta ton mulai tahun 2020. Besaran itu mempertimbangkan nilai ekonomis dari pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) nikel yang akan dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua Barat.
Pelaksana Tugas Senior Vive President Corporate Secretary Antam Kunto Hendrapwoko menyampaikan, saat ini pihaknya masih melakukan studi kelayakan proyek atau feasibility study (FS), yang dibarengi dengan studi kelayakan pendanaan atau bankable feasibility study (BFS).
Kunto mengatakan, proses FS ditargetkan baru akan selesai pada akhir tahun 2019. "Sedangkan BFS (selesai) di tahun depan," katanya.
Kunto bilang, setelah FS dan BFS ini rampung, tahap selanjutnya yang akan ditempuh adalah penunjukan mitra untuk Engineering, Procurement and Construction (EPC). "Penunjukan mitra untuk EPC akan dilakukan setelah FS dan BFS selesai," sambungnya.
Hingga saat ini, sambung Kunto, rencana kapasitas smelter masih tetap sama, yakni berkapasitas 40.000 ton nikel dan 500.000 ton stainless steel per tahun. Namun untuk besaran investasi, Kunto menyampaikan bahwa pihaknya masih menunggu hasil proses dari FS dan BFS.
Sebelumnya, nilai investasi untuk proyek ini ditaksir mencapai US$ 1 miliar. Meski belum menyebut detail investasi terkini, tapi Kunto mengatakan bahwa sumber pendanaannya berasal dari modal Antam sendiri dan juga pinjaman.
"Detail nilai investasi proyek sedang dikalkulasi dan akan terlihat nanti pada FS. Pendanaan direncanakan bersumber dari modal sendiri dan pinjaman," tandasnya.