a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Proyek 35 Ribu MW Beroperasi, RI Bakal Kelebihan 50% Pasokan Listrik

Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan akan ada kelebihan pasokan dan cadangan listrik hingga 50 persen setelah proyek pembangkit 35 ribu megawatt (MW) seluruhnya selesai dikerjakan dan beroperasi.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menuturkan, idealnya kelebihan atau cadangan listrik berada di posisi 30 persen di atas konsumsi. Namun, dengan kondisi penyerapan listrik yang terpangkas menyusul pandemi covid-19 yang memaksa dilakukannya pembatasan mobilitas, cadangan setrum kini melebihi batas tersebut. Apalagi nanti ketika proyek 35 ribu MW rampung.

"(Potensi oversupply) cukup banyak, jadi potensinya 40-60 persen. Reserve margin kita bisa 50 persen dari yang ideal 30 persen. Jadi ada yang idle dari 70 gigawatt (GW) yang harus kita carikan solusinya," kata Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa, 19 Januari 2021.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pada 2020, cadangan daya pembangkit terhadap beban puncak mencapai 120 persen dari target. Cadangan listrik tahun lalu ditargetkan mencapai 25 persen. Sementara realisasinya mencapai 30,10 persen.

Secara teori, semakin besar capaiannya dari target maka semakin baik. Namun, di tahun lalu, kendati melampaui target, capaian tersebut tidak menggembirakan karena disebabkan oleh penurunan penyerapan listrik, sementara pembangkit tetap menyala.

Pandemi covid-19 membuat pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi. Hal ini tentu berdampak pada target pertumbuhan listrik yang tahun ini hanya berada di kisaran 4,6-5 persen.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, hingga sepuluh tahun mendatang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, konsumsi listrik ditaksir sebesar 4,9 persen. Angka ini merosot dibandingkan target dalam RUPTL 2019-2028 yang mencapai 6,4 persen.

Penurunan konsumsi dan pasokan yang berlebih membuat target tambahan kapasitas pembangkit untuk 10 tahun ke depan yang akan disusun dalam RUPTL terpangkas. Rida menyebutkan, penurunannya bisa mencapai 15,5 GW dari yang telah ditetapkan dalam RUPTL 2019-2028. Menurut Rida, dari besaran penurunan kapasitas tersebut juga terkait dengan mega proyek 35 GW.

"Turun 15,5 GW dari RUPTL periode lalu dengan yang sedang kita evaluasi. Tentu ada bagian dari 35 GW," kata Rida.

Adapun untuk memanfaatkan kelebihan pasokan itu, Kementerian ESDM mendorong percepatan pembangunan jaringan listrik interkoneksi antar pulau. Diyakini cara ini bisa mendorong produksi setrum dari daerah yang kelebihan pasokan ke daerah yang masih kekurangan. Strategi lainnya, pihaknya juga sedang menjajaki pembangunan transmisi listrik hingga menyambung ke Singapura dan ASEAN Grid melalui Malaysia.

“Kami lihat potensi di Singapura, Singapura membutuhkan listrik sehingga perlu impor listrik. Kami sedang menjajaki kelebihan listrik kami sambung dari Jawa ke Riau dan dari Riau ke Singapura,” jelas Arifin.

Lebih lanjut, pihaknya juga akan merelokasi pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang telah berusia 20-30 tahun ke daerah yang masih membutuhkan pasokan setrum, salah satunya daerah tempat pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter), sehingga smelter bisa memperoleh listrik dengan harga murah sehingga produknya lebih kompetitif.

“Kemudian kendaraan listrik dan kompor listrik didorong, sehingga konsumsi bertambah. Program ini masuk dalam target bauran energi kita dan akan dimasukkan dalam RUPTL (Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik)," pungkasnya.

(DEV)