Proyek Infrastruktur Marak, Indonesia Surganya Baja Impor
Jakarta, MERDEKANEWS - Tahun ini, PT Krakatau Steel mengungkapkan, kebutuhan baja nasional diprediksi terus meningkat. Kenaikannya di kisaran 6-7 persen ketimbang 2017 yang mencapai 13,4 juta ton. Atau setara 14 juta ton. Namun yang diimpor cukup besar.
Senior Vice President Head of Marketing, Krakatau Steel, Bimakarsa Wijaya berharap, ke depan sebanyak 50% dari kebutuhan tersebut, bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri. Sedangkan, sisanya dipenuhi dari impor. "2016-2017 impornya kan sudah menurun ya jadi 45%, produksinya 55%. Kita harapkan tahun ini jangan lebih dari 50% impornya," ujar Bimakarsa dalam Focus Group Discussion di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (07/02/2018).
Untuk itulah, lanjut Bimakarsa, Krakatau Steel akan terus menggenjot produksi baja. Ini perlu lantaran begitu terbukanya pasar. "Kita itu sekitar 2 juta ton, ada untuk infrastruktur sekitar 40%, otomotif juga ada tapi belum banyak," ujar Bimakarsa.
Meski begitu, Bimakarsa mengakui daya saing baja dalam negeri masih kalah dengan produk impor. Semisal, untuk memenuhi kebutuhan baja secara berupa paku, kawat, kebanyakan diimpor dari China karena lebih murah. "Lalu untuk konstruksi, seperti beton, itu lebih pilih impor, karena lebih murah. Untuk produk infrastruktur itu biasanya impor dari China, tapi kalau otomotif tetap Jepang Korea," kata Bimakarsa.