TEMPO.CO, Jakarta - Proyek smelter grade alumina di Mempawah, Kalimantan Barat milik PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) ditargetkan beroperasi pada kuartal III/2019. Proyek tersebut diperkirakan akan menelan investasi sebesar US$ 1,5-1,8 miliar.
Hal tersebut terungkap dalam pagelaran Indonesia-China Energy Forum ke-5 yang diselenggarakan di Jakarta, Senin, 13 November 2017. Dalam pagelaran itu disebutkan sudah ada beberapa kerja sama yang dilakukan Indonesia dengan Cina.
Investasi di bidang hilir mineral dan batu bara misalnya, disebutkan Alumunium Corporation of China Ltd. (Chinalco) bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk. dan PT Inalum membangun smelter grade alumina di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Smelter direncanakan memiliki kapasitas satu juta ton per tahun.
Antam dan Inalum akan membentuk perusahaan patungan atau joint venture (JV) dengan Chinalco. JV akan mengoperasikan smelter, dengan pihak Indonesia memegang saham mayoritas, minimal 51 persen. Antam memiliki cadangan terbukti bauksit (bahan baku alumunium) sebanyak 100 juta ton ditambah potensi yang ada di area konsensi sekitar 200 juta ton. Cadangan bauksit Indonesia merupakan terbesar ke-8 dunia, sedangkan nilai ekspornya peringkat kedua terbesar.
Sementara itu, kapasitas produksi Inalum sebesar 260 ribu ton per tahun, sedangkan kebutuhan nasional mencapai 800 ribu ton. Pertumbuhan konsumsi alumunium mencapai 8 persen per tahun.
Proyek smelter grade alumina Mempawah ditargetkan rampung pada kuartal III/2019. Dikonfirmasi mengenai proyek tersebut, Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam), Aprilandi, tak berkomentar banyak. “Izin cross check internal kembali ya untuk update,” katanya melalui pesan singkat.