RI (Harusnya) Kaya Nih, Harga Nikel Naik Karena Mobil Listrik
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong penggunaan mobil listrik untuk menekan penggunaan bahan bakar berbasis fosil, yang dinilai tidak ramah lingkungan. Prospek yang bagus pada transportasi berbasis listrik diperkirakan juga bakal mengerek naiknya harga nikel yang menjadi bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan kendaraan listrik.
Hal ini disampaikan oleh Chief Eksekutif Officer (CEO) PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Alexander Barus. Menurutnya pada lima tahun sebelumnya komoditas nikel belum menjadi primadona, namun sampai dengan tahun 2025 harga nikel bisa mencapai US$ 25.000 per metrik ton.
"Saya pekirakan 2025 itu bisa mencapai US$ 25.0000 per ton, 2030 bisa sampai mendekati US$ 30.000 per metrik ton," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Jumat lalu, (06/11/2020).
Terus melonjaknya harga nikel ini seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan baterai untuk mobil listrik. Naiknya pertumbuhan dan populasi mobil listrik mau tidak mau akan meningkatkan permintaan pada nikel yang bakal tinggi ke depann
"Artinya apa, harga nikel ini akan terus menanjak kenapa seperti kita sampaikan dengan pertumbuhan permintaan baterai ini dengan pertumbuhan dan populasi mobil listrik," jelasnya.
Permintaan yang terus meningkat pada nikel tidak diimbangi dengan meningkatnya pasokan. Alexander Barus mengatakan, nikel ke depan akan menjadi bagian dari ekonomi Indonesia yang perlu terus dijaga.
Indonesia, imbuhnya, menjadi salah satu negara yang memiliki cadangan nikel besar di dunia. "Sementara di sisi lain supply itu tidak banyak berubah dalam hal ini adalah permintaan jauh lebih tinggi percepatan pertumbuhannya dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan supply," jelasnya.
Salah satu pemain besar mobil listrik dunia, Tesla, berencana membangun pabrik baterai di Indonesia. Pabrik baterai tersebut direncanakan bakal dibangun di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah.
Siapa sangka kabar rencana pembangunan pabrik oleh Tesla jadi perhatian produsen mobil dunia. Hal tersebut disampaikan oleh Septian Hario Seto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Selasa, (27/10/2020) dia mengatakan beredarnya pemberitaan mengenai Tesla, membuat salah satu perusahaan otomotif global menjadi lebih agresif untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia.
"Memang benar berita-berita yang beredar saja, saya mendengar ada satu perusahaan otomotif global juga yang kemudian menjadi lebih agresif untuk pengembangan mobil listrik di Indonesia," paparnya.
Kondisi kenaikan harga nikel ini seharusnya menjadikan Indonesia makin kaya ke depan. Bila potensi nikel benar-benar dikelola dengan baik, dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yunus Saefulhak, mengatakan cadangan terbukti nikel Indonesia saat ini mencapai 1,08 miliar ton dan ini hanya bisa bertahan hanya sekitar sembilan tahun.
Namun, cadangan terkira nikel Indonesia menurutnya mencapai 4,5 miliar ton dan ini cukup untuk diproduksi hingga 39 tahun.
"Cadangan terbukti (proven reserves) itu 1,08 miliar ton. Kalau kita lakukan dengan produksi yang sekarang itu, umurnya hanya sembilan tahun. Tetapi berdasarkan cadangan terkira itu 4,5 miliar ton, sehingga bisa sampai 39 tahun," papar Yunus dalam wawancara bersama CNBC Indonesia.
Dengan cadangan sebesar ini, menurut Yunus, Indonesia punya cadangan nikel terbesar di dunia. Produksinya pun menurutnya juga terbesar di dunia. Selain nikel, Indonesia juga kaya akan mangan dan kobalt. Adanya sejumlah potensi kekayaan mineral yang dimiliki Indonesia ini menjadikan cita-cita Indonesia menjadi produsen baterai nomer satu bukan hal yang musatahil.
"Kita ini punya nikel terbesar di dunia ya, produksinya juga terbesar di dunia. Dan kita punya mangan, punya kobalt, maka cita-cita negara kita menjadi No.1 industri baterai dunia ketika mobil listrik itu ada di kita, maka tentunya pemerintah melakukan kebijakan untuk menyetop namanya ekspor nickel ore," jelas Yunus.
Pelarangan ekspor ini hanya untuk bijih nikel, karena ke depannya pemerintah akan mendorong ekspor produk hilir nikel, sehingga nilai jual menjadi lebih tinggi dibandingkan ketika ekspor bijih.
"Boleh ekspor, tapi produk-produk yang sudah barang jadi, salah satunya tentunya ke depan adalah baterai," ujarnya.
Pemerintah Indonesia kini tengah mendorong pembangunan hilirisasi industri nikel menjadi baterai hingga mobil listrik, terutama karena banyaknya sumber daya nikel di Tanah Air. Hal ini sangat beralasan pemain kendaraan listrik seperti Tesla berminat membangun pabrik baterai di Indonesia.
Setidaknya ada tiga perusahaan baterai mobil listrik kelas dunia selain Tesla akan berinvestasi membangun pabrik baterai mobil listrik hingga mobil listrik, antara lain Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China, LG Chem asal Korea Selatan, dan Hyundai asal Korea Selatan. Tak tanggung-tanggung, jumlah investasi yang akan digelontorkan berpotensi mencapai US$ 20 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, bahkan mengatakan adanya sumber daya mineral yang melimpah di negara menjadi kunci dalam pembangunan pabrik baterai hingga mobil listrik ke depannya.
"Untuk Anda yang lebih muda lagi, kita tahu Indonesia ini kaya, kita punya semua cadangan mineral untuk menjadi pemain kunci di industri baterai lithium, seperti lithium, cobalt, nikel, mangan, aluminium, copper (tembaga), dan graphite," tuturnya dalam acara INDY FEST 2020 pada Senin (19/10/2020).