a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Sabar Ya, Masih Panjang Jalan Krakatau Steel Gabung Inalum

Sabar Ya, Masih Panjang Jalan Krakatau Steel Gabung Inalum
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dikabarkan akan masuk dalam holding perusahaan tambang BUMN di bawah PT Inalum. Bila rencana tersebut terlaksana, maka Inalum akan memiliki 4 anak usaha, termasuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Namun, sampai saat ini belum ada keputusan yang jelas mengenai wacana tersebut. Head of Corporate Communication Inalum Rendi Witular mengatakan, sampai saat ini semua masih dalam kajian."Kami mengkaji seluruh aspek, tidak hanya keuangannya saja, tetapi seluruhnya," ujar Rendi saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (16/4/2019).

Lebih lanjut, ia menuturkan, karena mencakup semua aspek, maka kajian tersebut cukup memakan waktu yang lama, sehingga belum bisa diprediksikan kapan akan selesainya.

"Masih agak lama (selesai kajiannya)," pungkas Rendi.

Adapun, sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyatakan telah menyetujui proposal restrukturisasi utang yang diajukan oleh emiten baja BUMN, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

Skema restrukturisasi yang akan dilakukan adalah melalui pengurangan aset dan penerbitan convertible bond alias obligasi konversi. Saat ini, Bank Mandiri menjadi kreditor terbesar bagi KRAS dengan kredit jangka pendek senilai US$ 225 juta atau Rp 3,17 triliun dan Rp 830 miliar.

"Intinya kami mendukung [restrukturisasi], Krakatau Steel ini kan industri strategis nasional dan kami melihat prospek ke depan dengan pertumbuhan demand dari sektor infrastruktur dan konstruksi harusnya masih bagus, jadi kami mendukung," kata Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (15/4/2019).

Tiko, panggilan akrabnya, menjelaskan selain melalui skema pengurangan aset dan convertible bond, pihaknya berharap peran PT Inalum (PT Indonesia Asahan Aluminium) sebagai calon perusahaan holding Krakatau Steel diharapkan akan membantu kinerja produsen baja BUMN itu.

"Peranan Inalum, nanti sebagai calon holding KRAS membantu KS juga lebih kompetitif dan efisien dalam operasi ke depan," kata Tiko.

Sebagai informasi, kondisi Krakatau Steel sekarang sebelum bergabung dengan Inalum? Bila melihat laporan keuangan 2018 dari KRAS, perusahaan baja ini masih menderita kerugian yang besar, meski turun dibandingkan dengan tahun lalu.

Rugi bersih KRAS senilai US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun (kurs Rp 14.00) menurun dibandingkan 2017 senilai US$ 81,74 juta. Selain itu, KRAS mencatatkan kenaikan pendapatan 20% menjadi US$ 1,73 miliar, dibandingkan 2017 sebesar US$ 1,44 miliar.

Nah, yang menjadi tantangan terbesar dari emiten ini adalah utang sepanjang 2018 yang tercatat US$ 2,49 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, utang jangka pendek yang dimiliki KRAS lebih besar dibandingkan utang jangka panjang. Utang jangka pendek KRAS senilai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Sementara utang jangka panjang pabrik baja pelat merah ini sebesar US$ 899,43 juta.

KRAS juga mencatatkan beban pokok pendapatan membengkak menjadi US$ 1,58 miliar pada 2018, dari US$ 1,23 miliar pada 2017. Sepanjang 2018, KRAS mencatatkan total aset US$ 4,29 miliar, dengan total aset tidak lancar US$ 3,31 miliar dan total aset lancar US$ 989,720 juta. Selain itu, nilai kas dan setara kas turun menjadi senilai US$ 173,28 juta dari tahun sebelumnya US$ 280,87 juta.