a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Saham Terkait Nikel Diprediksi Bakal Terus Mengilap

Bisnis.com, JAKARTA — Penguatan harga saham-saham yang memiliki portofolio bisnis terkait komoditas nikel diperkirakan berlanjut seiring tren kenaikan harga logam itu hingga tahun depan.

Belakangan ini, harga komoditas nikel memang tengah tengah berada dalam tren bullish sejalan dengan gencarnya penetrasi kendaraan listrik secara global, mengingat logam dasar itu merupakan bahan baku utama baterai kendaraan listrik.

Berdasarkan data Bloomberg, harga nikel di bursa London telah menguat hingga 9,42 persen sepanjang tahun berjalan 2020. Nikel sempat ditutup di level US$16.023 per ton pada medio Oktober 2020, posisi penutupan tertinggi nikel sejak 11 bulan terakhir.

Sebagai buntutnya, saham-saham yang berkaitan dengan bisnis nikel banyak diburu investor, seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), PT Trinitan Metals and Minings Tbk. (PURE), dan PT Harum Energy Tbk. (HRUM).


ANTM terpantau berhasil menguat 33,93 persen sepanjang tahun berjalan 2020 dan terapresiasi hingga 56,25 persen dalam 3 bulan perdagangan terakhir. INCO juga menguat 17,31 persen secara year to date dan naik 24,49 persen dalam 3 bulan perdagangan terakhir.

Begitu pula PURE yang tengah membangun smelter nikel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu pun berhasil naik tajam 125,42 persen dalam tiga bulan terakhir, kendati kinerja sepanjang tahun berjalan 2020 masih terkoreksi 1,48 persen.

Adapun kenaikan tertinggi dialami HRUM yang melonjak 62,12 persen secara year to date, mengungguli kinerja saham nikel lainnya. Dalam 3 bulan terakhir pun, HRUM telah meroket 79,83 persen.

Analis Semuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan penguatan ANTM dan INCO lebih terdorong oleh sentimen pembentukan holding badan usaha milik negara (BUMN) dalam sektor produksi baterai.

“Selain itu didorong penguatan harga global nikel,” katanya kepada Bisnis, Kamis (5/11/2020).

Dia memperkirakan tren tersebut masih akan berlanjut sebab penguatan harga nikel global juga diprediksi masih akan berlangsung hingga tahun depan. Hal tersebut didukung oleh kenaikan permintaan.

“Jangka pendek hingga akhir tahun kamu perkirakan masih akan menguat dan jangka panjang kami masih optimis penguatan masih sustain,” tuturnya.

Sementara itu untuk HRUM sendiri, Dessy menyebut penguatan harga saham lebih kepada karena HRUM dan perusahaan holding-nya membeli saham Nickel Mines yang memiliki tambang dan smelter di Sulawesi.

“Dengan coal trend yang sudah mulai flat, investor menyambut positif emiten HRUM yang mulai mengarahkan minat ke industri nikel,” kata dia.

Untuk diketahui, HRUM yang merupakan emiten dengan bisnis utamanya pertambangan batu bara tercatat memiliki 3,7 persen kepemilikan saham di Nickel Mine Ltd.

Nickel Mines memegang kepemilikan 60 persen di proyek Hengjaya Nickel dan Ranger Nickel, keduanya mengoperasikan pabrik Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memproduksi nickel pig iron (NPI) di Indonesia Morowali Industrial Park.

Selain itu, pemegang saham mayoritas HRUM, yaitu Karunia Bara Sejahtera, juga tercatat memiliki kepemilikan minor di perusahaan nikel asal Australia itu.