Said Didu Buka Suara: Bahaya Bagi Inalum Akuisisi Freeport!
JAKARTA - Pencopotan Said Didu sebagai komisaris di PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memunculkan banya spekulasi. Salah satu dugaan kuat adalah terkait sikap kritis Said terkait akusisi 51% saham PT Freeport Indonesia oleh pemerintah.
Saat ditanyakan soal itu, Said mengakui dirinya punya pandangan berbeda terkait akuisisi Freeport. Pasalnya, ada potensi menimbulkan permasalahan bagi PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dalam jangka pendek.
Inalum dinilai tidak memiliki keuangan yang cukup untuk membayar utang baik pokok dan bunga.
"Untuk membeli 51% saham Freeport, Inalum sudah utang US$ 4 miliar. Lalu Inalum akan pinjam lagi untuk membangun smelter dan tambang bawah tanah. Dengan kondisi seperti ini, pada 2019 Inalum berpotensi mengalami kesulitan keuangan," kata Said kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/12/2018).
Jika kondisi seperti ini, lanjut Said, ada kemungkinan Inalum akan meminta porsi dividen yang lebih tinggi kepada anak usaha seperti, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS).
"Ujung-ujungnya, dividen untuk setoran ke negara menjadi berkurang karena membayar utang," kata Said.
Menurut Said, transaksi pembelian 51% saham tersebut cenderung menguntungkan Freeport McMoRan. Apa saja yang keuntungang yang didapat Freeport, Said menguraikan:
- Mendapatkan kepastian operasi hingga 2041 - Dapat uang tunai US$ 4 miliar dari penjulan 51% saham - Mendapatkan kepastian pengelolaan tambang - Mendapat Kepastian pajak - Denda atas kerusakan lingkungan hidup tidak dikenakan
"Sementara, pemerintah Indonesia tidak mendapatkan keuntungan maksimal dari pembelian Freeport. Jadi kita jangan euforia sesaat saja," kata Said.