a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Saingi China, RI Mau Produksi Logam 'Tanah Jarang'

Jakarta - Indonesia berencana mulai memproduksi dan mengolah logam tanah jarang atau Rare-Earth. Logam tanah jarang bersifat magnetik dan konduktif yang digunakan menjadi komponen utama dalam pemberian daya terhadap sebagian besar perangkat elektronik atau gadget, yakni ponsel, tablet, speaker, dan sebagainya.

Untuk memuluskan rencana tersebut, PT Timah Tbk (TINS) bersama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sepakat menjalin kerja sama pengelolaan uranium dan thorium dalam Produk samping hasil proses produksi logam tanah jarang pada penerapan industri.

Kerja sama itu ditandatangani oleh Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Trenggono Sutioso dan Kepala PT BGN Yarianto Sugeng Budi Susilo, Jumat (2/8/2019) lalu.

"Harapan kami dengan kerja sama ini Indonesia memulai babak baru sebagai salah satu produsen logam tanah jarang yang selama ini dikuasai oleh China," ujar Direktur Utama TINS Mochtar Riza Pahlevi dalam keterangannya, Senin (4/8/2019).

Baca juga: Timah Siapkan Belanja Modal Rp 2,58 T

Riza menilai bahwa industri ini merupakan industri masa depan dan sudah seharusnya Indonesia memanfaatkan dan memaksimalkan potensi dan berkah yang luar biasa tersebut.

Menurut Riza, pihaknya juga siap bekerja sama dengan BATAN dalam proyek-proyek strategis khususnya yang berkaitan dalam pengolahan bahan-bahan tersebut.

"Kami yakin BATAN sudah sangat expert dan leading dalam hal teknologi ini. Kita harapkan kerja sama-kerja sama yang telah dilakukan dapat menciptakan energi murah dan ramah lingkungan di Indonesia, dengan pemanfaatan mineral-mineral tadi," ujar Riza.

Riza juga mengungkapkan bahwa bahan baku yang dimiliki TINS cukup banyak mengingat sejarah penambangan timah yang dilakukan sudah berlangsung cukup lama.

"Bisa dibayangkan jika sejarah penambangan timah di Bangka Belitung sudah ratusan tahun, sementara pemanfaatan monasit belum pernah dilakukan," papar Riza.

Baca juga: Ancaman China pada AS soal 'Tanah Jarang' Kian Gamblang

Lewat kerja sama ini BATAN berencana menyelaraskan rencana strategis (renstra) dalam pengolahan monasit. Saat ini BATAN sudah melakukan penelitian tentang monasit, membuat ReOH, termasuk pemanfaatan logam tanah jarang.

"Di dalam monasit banyak mengandung bahan mineral selain logam tanah jarang yang luar biasa kegunaannya. Juga juga ada uranium, thorium dan zirkonium yang sangat penting dalam industri nuklir," ujar Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan dalam kesempatan yang sama.