Sampai 2021, RI Target 31 Smelter Selesai Dibangun
Jakarta, CNBC Indonesia- Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM menargetkan ada 31 fasilitas pabrik pengolahan-pemurnian atau smelter terbangun hingga 2021.
"Sampai 2021, pipeline ada 31 smelter, termasuk milik Antam. 31 smelter tersebut, lebih dari 50%-nya adalah smelter nikel," jelas Direktur Mineral Ditjen Minerba Kementerian ESDM Yunus Saefulhak kepada media dalam paparan kinerja subsektor minerba, di Kantor Ditjen Minerba, Jakarta, Rabu (9/1/2018).
Adapun, untuk 2019, Yunus mencatat akan ada tambahan satu smelter beroperasi, yakni milik Antam di Buli, Halmahera, Maluku Utara, yang sudah mau jadi.
"Ada smelter Antam Tanjung Buli (yang sudah pasti) dan Wanatiara di Pulau Obi, tetapi bisa jadi bisa tidak, ini dipercepat kemungkinan bisa satu atau dua smelter di 2019. Smelter Antam Buli bisa beroperasi sekitar bulan Juni, yang satu lagi mungkin mepet Desember," terang Yunus.
"Kami akan lakukan pengawasan ketat (pengerjaan smelter) itu tahun ini dan 2020, karena 2021-nya sudah deadline. Ada sanksi 20% denda kalau smelternya tidak progress, tapi sejauh ini tidak ada yang kena," imbuh Yunus.
Sedangkan di 2018, realisasinya ada dua smelter nikel yang sudah beroperasi, yakni milik PT Virtue Dragon dan PT Bintang Smelter Indonesia. Sehingga, totalnya, sampai dengan 2018, sudah ada 27 smelter yang beroperasi di Indonesia.
Dirjen Minerba Bambang Gatot Ariyono menambahkan, kebanyakan smelter yang beroperasi memang smelter nikel. Berdasarkan data ESDM, tercatat sampai dengan 2018 ada 17 smelter nikel yang sudah beroperasi.
Bambang menjelaskan, hal ini tidak terlepas dari faktor cadangan komoditas bauksit, tembaga, besi, dan lainnya masih belum sebesar cadangan nikel.
"Nikel kan cadangannya besar, jadi dia yang cepat dibangun. Tapi masih ada potensi-potensi untuk speed up pembangunan smelter lainnya, agar cepat selesai," pungkas Bambang. (gus/gus)