Berdasarkan data AP3I, sebanyak 32 smelter dibangun sejak 2012-2014. Dari jumlah itu, 24 di antaranya merupakan smelter nikel, sedangkan sisanya alumina, tembaga, zirkon, silika, dan tembaga.
Total investasi smelter nikel mencapai US$ 18 miliar, di mana sekitar 95% atau US$ 17 miliar digelontorkan investor Tiongkok. Per Agustus 2016, total smelter nikel yang telah beroperasi mencapai 20 smelter, dengan kapasitas produksi terpasang 416.237 ton nikel ekuivalen atau setara 21% pasar dunia. Total kebutuhan bijih nikel mencapai 41,6 juta ton per tahun.
Beberapa perusahaan nikel Tiongkok yang masuk Indonesia antara lain Brilimetal, Hanking, Pan China Group, Tsinghan, Huadi, Heng Tai, Jiangsu Delong Nickel Industry, Guang Ching, Wang Xiang, Jinchuan, Marconing Group, dan Xing Xing. Mereka masuk dengan menggaet mitra lokal atau membangun pabrik sendiri.
Total investasi pemain nikel Tiongkok bakal menyentuh US$ 22 miliar. Tambahan investasi US$ 5 miliar dikucurkan Jiangsu Nickel melalui anak usahanya, PT Virtue Dragon Nickel Industries, untuk menambah kapasitas pabrik feronikel dan membangun pabrik baja tahan karat (stainless steel/SS), produk turunan nikel.
“Kami hanya berharap ada revisi Permen ESDM 5 dan 6 tahun 2017 itu,” kata Jonatan.