Sektor Tambang Logam Masih Loyo, Ini Proyeksi Mirae Asset Sekuritas
Bisnis.com, JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas Indonesia menurunkan posisi overweight ke netral untuk sektor pertambangan logam dalam negeri seiring dengan proyeksi penurunan permintaan global dalam jangka pendek.
Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan mengatakan bahwa ekonomi China, sebagai salah satu konsumen terbesar logam di dunia, masih terkontraksi walaupun secara perlahan menunjukkan adanya pemulihan.
Output industri China periode April berhasil naik 3,9 persen year on year, tetapi pertumbuhan laba total perusahaan industri China merosot ke level terendah 34,9 persen yoy pada Maret, dan turun 4,3 persen yoy pada April.
“Padahal, sekitar 60 persen dari konsumsi nikel China terkait dengan baja tahan karat dan angka produksi baja tahan karat itu sangat mencerminkan kontraksi dalam kegiatan industri China,” ujar Andy seperti dikutip dari publikasi risetnya, Kamis (9/7/2020).
Dari itu, Andy pun menurunkan proyeksi harga nikelnya untuk tahun ini dan 2021 menjadi di level US$14.000 per ton dan US$15.000. Proyeksi itu pun masing-masing turun 15,2 persen dan 11,8 persen dari proyeksi Andy sebelumnya.
Sementara itu, Andy menaikkan proyeksi harga emas global pada tahun ini ke level US$1.700 per troy ounce dan ke level US$1.750 per troy ounce untuk 2021. Proyeksi itu masing-masing naik 13,3 persen dan 12,9 persen dari proyeksi sebelumnya.
Kendati demikian, secara jangka panjang nikel dinilai masih sangat prospektif, terutama penggunaannya sebagai bahan baku kendaraan listrik. Andy mencatat, terdapat 270.000 sepeda motor listrik terjual di India, Indonesia, Vietnam, dan Filipina pada 2019.
Jumlah itu mewakili setidaknya 1 persen dari keseluruhan jenis motor yang digunakan gabungan negara-negara itu. Ke depan, Andy memperkirakan volume penjualan sepeda motor listrik gabungan negara tersebut akan mencapai 8,6 juta unit dengan tingkat penetrasi 20 persen pada 2025 dan sebesar 52 juta unit dengan tingkat penetrasi mencapai 90 persen pada 2035.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi tersebut posisi overweight telah direvisi oleh Mirae Asset Sekuritas ke posisi netral.
Mirae Asset juga mengubah top picks sahamnya dari PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menjadi PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) karena perseroan yang baru saja divestasi saham ke Mind ID itu akan mendapatkan manfaat yang lebih banyak dari penurunan harga minyak.