RMOL.PT TIMAH (Persero) Tbk mencatat kinerja positif di semester I tahun 2017. Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang industri penambangan timah ini mampu meningkatkan labanya dari minus Rp32,88 miliar pada semester yang sama tahun sebelumnya, menjadi Rp150,65 miliar.
Demikian disampaikan Direktur Utama PT TIMAH (Persero) Tbk, M. Riza Pahlevi Tabrani melalui rilis yang diterima redaksi dari humas PT Timah, Kamis (31/8). Menurutnya, kenaikan yang mencapai 5,5 kali lipat ini menempatkan PT TIMAH sebagai salah satu emiten tambang dengan prospek menarik pada tahun 2017.
Dikatakannya, performa positif laba Perseroan yang berkode emiten TINS ini didukung oleh peningkatan kinerja operasional dan kinerja finansial. Untuk kinerja operasional pada semester I-2017, PT TIMAH mampu mencatatkan peningkatan produksi bijih timah sebesar 16.078 ton, atau naik 76,52% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 9.108 ton. Produksi logam timah naik 56,56% menjadi 14.905 Mton dibandingkan semester pertama tahun 2016 sebesar 9.520 Mton.
“Adapun penjualan logam timah tercatat 14.404 Mton atau naik 23,30% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar 11.682 Mton. Untuk kinerja keuangan, pada semester I‐2017 TINS mencatatkan profit Rp150,65 miliar atau naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar minus Rp32,88 miliar.. Pendapatan TINS tumbuh sebesar 53,83% menjadi Rp4,30 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp2,80 triliun. Beban Pokok Pendapatan TINS naik terkendali sebesar 46,42% menjadi Rp3,67 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp2,51 triliun,”jelasnya.
Riza menambahkan, performa PT TIMAH melesat berkat strategi operasi yang baik, diantaranya dengan adanya penemuan sumber daya dan cadangan baru, baik itu di wilayah darat maupun laut serta perbaikan sistem manajemen kemitraan.
“Selain itu kami juga melakukan penambahan armada penambangan laut, inovasi pada smelter untuk meningkatkan produktivitas, dan tentunya meningkatkan kapabilitas operasi dan produksi penambangan secara umum,” ujar Riza.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, untuk belanja modal (capital expenditure/capex), sampai dengan akhir semester I-2017 sudah terserap sebesar ± Rp675 miliar. Rekondisi dan replacement menyerap porsi paling besar yaitu 47,79% atau ± Rp323 miliar, pembesaran kapasitas menyerap 41,28% atau ± Rp279 miliar, dan sarana pendukung menyerap 7,63% atau ± Rp52 miliar.
“Selain bisnis tin ingot yang dijual melalui ICDX, TINS terus memacu produksi segmen hilirnya yaitu tin chemical serta tin solder. Pada semester pertama 2017 tin chemical berhasil terjual 2.124 ton atau meningkat 149% (year‐on‐year), sedangkan tin solder terjual 386 ton atau meningkat 27,81% (year‐ on‐year),”urainya.
Untuk komoditas utama yaitu tin ingot, Riza meyakini bahwa target produksi sebesar 32 ribu hingga 35 ribu mton akan tercapai sesuai RKAP Perseroan, tentunya setelah melihat pencapaian pada semester pertama 2017.
Dengan pengalaman dan keahlian yang dimiliki, kami menyakini PT TIMAH akan tumbuh menjadi perusahaan terbaik di bidangnya,” ujar Riza.[ahd]