Jakarta, Beritasatu.com - PT Freeport Indonesia segera mengantongi pendanaan eksternal terkait pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) konsentrat tembaga yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Sindikasi perbankan dalam dan luar negeri yang bakal membiayai pembangunan smelter tersebut. Adapun investasi smelter ini sekitar US$ 2,7 miliar dengan kapasitas mencapai 2 juta ton konsentrat.
Juru bicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan pembahasan pendanaan dalam tahap finalisasi. Namun dia belum mau membeberkan jumlah bank serta nilai dana yang bakal dikucurkan. "Dalam waktu dekat ada signing," kata Riza di Jakarta, Senin (18/11/2019).
Riza menerangkan pembangunan smelter terus berjalan meski belum mengantongi pinjaman dari perbankan. Pasalnya pemerintah terus memonitor progres pembangunan smelter yang dievaluasi setiap enam bulan. Dia mengungkapkan pembiayaan smelter sampai saat ini masih ditopang dari dana internal. "Pendanaan sementara masih dari Freeport," terangnya.
Wakil Direktur Utama Freeport Orias Petrus Moedak sebelumnya menuturkan besaran pinjaman yang diharapkan nantinya dapat membiayai seluruh proyek. Namun dia belum bisa membeberkan tenor pinjaman tersebut lantaran masih disimulasikan. "Kami tidak punya pinjaman sekarang. Balance sheet clean," ujarnya.
Orias menuturkan pendanaan dari lembaga perbankan ini harus mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam hal ini PT Inalum (persero). Permohonan itu akan disampaikan setelah mendapatkan kepastian lembaga perbankan yang akan membiayai.
Dia menyakini pemegang saham akan menyetujui lantaran dengan skema pinjaman itu tidak perlu menyuntikkan dana untuk pembiayaan smelter. Namun dia menyebut pemegang saham tetap andil dalam pembayaran bunga pinjaman. "Pinjaman US$ 3 miliar itu dari sindikasi perbankan. Tidak satu bank," ujarnya.
Smelter Freeport berlokasi di kawasan industri Gresik, Jawa Timur ( Java Integrated Industrial and Port Estate/JIIPE). Desain smelter yang dibangun kini terintegrasi dengan fasilitas pemurnian anoda slime. Kapasitas smelter anoda slime itu mencapai 6.000 ton. Penambahan fasilitas anoda slime itu membuat investasi smelter membengkak menjadi US$ 2,7 miliar dari sebelumnya US$ 2,1 miliar. Dalam pembangunan smelter anoda slime itu, PT Smelting menjadi pemasok anoda slime sekitar 2.000 ton.
Anoda slime merupakan produk samping dari pemurnian konsentrat tembaga. Sejak awal 2017 lalu, anoda slime masuk dalam jenis mineral yang harus dimurnikan di dalam negeri. Oleh sebab itu diberi waktu hingga 2022 untuk menyelesaikan smelter.