Sinkronisasi Regulasi, Pemerintah Percepat Pembangunan Smelter Freeport
Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menegaskan bakal terus menyinkronkan regulasi antarkementerian dan lembaga guna mempercepat operasional fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter PT Freeport Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan saat ini pembangunan fasilitas yang membutuhkan dana investasi sekitar US$2,8 miliar tersebut masih sesuai jadwal.
Namun, pemerintah ingin mendorong percepatan pembangnan smelter yang dibangun di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur tersebut.
“Kami ingin proyek ini bisa lebih cepat walaupun sebenarnya line pertamanya ditargetkan bisa berproduksi pada tahun 2022,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip, Rabu (30/10/2019).
Agus menuturkan sinkronisasi regulasi misalnya dilakukan dalam hal Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau Amdal yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Menurutnya, sinkronisasi aturan-aturan yang berkaitan dengan Amdal bisa diupayakan agar izin lingkungan bisa dikeluarkan lebih cepat.
Percepatan pembangunan itu, kata Agus, merupakan salah satu upaya pemerintah untuk terus memacu daya saing industri dalam negeri melalui peningkatan nilai tambah sumber daya alam atau penghilirian industri.
“Banyak produk hilirisasi yang bisa kami kejar agar di Indonesia bisa ada pabrik-pabrik yang nanti akan menggunakan hasil (pemurnian) dari Freeport. Nilai tambahnya kami dorong.”
Smelter Freeport yang dibangun di atas lahan 100 hektare itu diproyeksikan mampu menghasilkan produk hilir, antara lain 550 ribu ton per tahun katoda tembaga, 1,3 juta ton terak, 150.000 ton gipsum, serta 6.000 ton lumpur anoda per tahun.
“Tentunya ditargetkan dapat mempercepat proses hilirisasi logam tembaga dan emas, sekaligus tumbuhnya industri hilir produk tembaga, seperti industri kabel, aquapipe dan semikonduktor,” ujarnya.
Kemenperin menyatakan industri smelter tembaga masih sangat dibutuhkan untuk mengolah konsentrat tembaga dan anode slime yang mengandung emas. Terlebih, saat ini konsumsi tembaga nasional mencapai sebesar 500 ton per tahun, dan terus meningkat seiring dengan pembangunan infrastruktur kelistrikan, serta perkembangan kendaraan listrik.
Saat ini, industri dalam negeri mampu menghasilkan konsentrat tembaga sebanyak 3 juta ton per tahun, baik di Timika, Papua maupun di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Konsentrat tersebut baru terserap sebesar 30% oleh smelter tembaga dengan kapasitas 300.000 ton per tahun.
Selain itu, smelter Freeport diproyeksikan menghasilkan pula produk utama sebesar 30 hingga 60 ton emas per tahun dengan konsumsi dalam negeri sebanyak 10 ton emas. Sedangkan sisanya akan diekspor. Kemudian, turunan lain yang dapat diproduksi juga oleh smelter di Gresik adalah 120 ton logam perak.