Smelter Freeport Ditargetkan Cuma 3,28 Persen per Agustus
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan kemajuan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) PT Freeport Indonesia (Freeport) hingga akhir Agustus 2019 hanya 3,28 persen.
Penetapan itu menurun dari target sebelumnya, karena realisasi yang tak sesuai harapan. Pada akhir Februari 2019, progres proyek smelter dilaporkan mencapai 3,86 persen. Namun, progres menurun menjadi 2,51 persen setelah diverifikasi dan dilakukan penyesuaian.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara (Minerba) Yunus Saefulhak mengungkapkan penyesuaian target dan progres dilakukan karena perubahan penggunaan teknologi. Tadinya, perusahaan berniat menggunakan teknologi Mitsubishi, namun dalam perkembangan berganti menjadi teknologi perusahaan asal Finlandia Outotec.
"Mereka (Freeport) progresnya luar biasa dan kami sudah awasi," ujar Yunus di Gedung DPR, Senin (8/7).
Lihat juga: Cadangan Emas RI Bakal Habis Dalam 28 Tahun
Yunus menyebutkan perusahaan telah melakukan penyiapan konstruksi proyek mulai dari perizinan hingga penyiapan kestabilan lahan.
"(Terkait lahan) kalau dulu kan cuma setahun dibayarnya. Sekarang ini, (sewa) sudah lima tahun. Itu dibayar langsung, jadi keseriusannya sudah luar biasa dan kami sudah lihat invoice (tagihan) di kontraknya," ujarnya.
Sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), perusahaan pertambangan wajib melakukan pemurnian untuk meningkatkan nilai tambah produk pertambangan.
Pemerintah akan mengevaluasi progres pembangunan smelter dalam enam bulan sekali dengan melibatkan tim pengawasan independen (independent verificator). Jika perkembangan tidak mencapai 90 persen dari target progres yang disampaikan ke pemerintah, maka surat persetujuan ekspornya akan dicabut.
"Saya kira dia (Freeport) harus sudah mulai hati-hati juga ketika dia tidak memenuhi syarat atau tidak memenuhi targetnya ya sama aja, kami juga tidak memberlakukan privilege ke siapa pun," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Juru Bicara Freeport Riza Pratama masih belum bisa memberikan komentar terkait progres proyek tersebut.
Saya harus verifikasi dulu," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Sebagai informasi, smelter dengan kapasitas 2 juta ton itu akan dibangun di Gresik, Jawa Timur. Proyek tersebut akan memakan investasi senilai US$2,8 miliar. Ditargetkan, proyek tersebut rampung dalam 2,5 tahun sehingga paling lambat akan beroperasi pada 2023.