Smelter Halmahera Timur milik Antam (ANTM) mulai beroperasi tahun ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pertambangan mineral PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terus menggeber sejumlah proyek smelter guna mendukung program hilirisasi tambang. Salah satu proyek yang sedang digarap ANTM adalah smelter feronikel di Halmahera Timur (P3FH).
Senior Vice President Corporate Secretary Kunto Hendrapawoko mengatakan, hingga Desember tahun lalu perkembangan proyek ini telah mencapai 97,75%. “Dapat kami sampaikan bahwa tahapan konstruksi pabrik sesuai dengan fase yang ditentukan,” ujar dia, Jumat (24/1) lalu.
Di semester kedua tahun lalu, ANTM telah melaksanakan tahap cold commissioning dengan menggunakan pembangkit listrik yang tersedia dengan kapasitas 12 megawatt (MW). Anak usaha Mind ID tersebut berkomitmen untuk memastikan bahwa pabrik feronikel Halmahera Timur dapat beroperasi secara komersial di tahun ini.
Nilai investasi untuk pembangunan smelter feronikel P3FH diperkirakan mencapai Rp 3,5 triliun. Dana tersebut sudah efektif terserap pada 2016 lalu.
Sedangkan di periode Januari hingga September 2019 silam, ANTM telah menggelontorkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 550 miliar untuk pengerjaan proyek tersebut.
Nantinya, smelter feronikel ANTM di Halmahera Timur akan memiliki kapasitas sebesar 13.500 TNi.
Sebelumnya, ANTM sudah pernah mendirikan smelter feronikel (FeNi 1) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara pada 1976 silam. Di lokasi yang sama, ANTM membangun smelter feronikel FeNi 2 dan FeNi3 masing-masing di tahun 1994 dan 2007. Secara akumulatif, ketiga smelter ini memiliki kapasitas produksi sebesar 27.000 TNi.
Lebih lanjut, ANTM juga tengah mengerjakan proyek smelter grade alumina refinery (SGAR) tahap pertama yang akan menghasilkan produk hilir dari bauksit. Proyek SGAR berlokasi di Tayan, Kalimantan Barat.
Kunto menyatakan, pengerjaan proyek tersebut masih sesuai rencana yang ada. “Kami optimistis proyek SGAR dapat selesai dan beroperasi pada tahun 2022 nanti,” terangnya.
SGAR merupakan proyek hasil kerja sama antara ANTM dengan PT Indonesia Asahan Aluminimum (Inalum) atau yang sekarang dikenal sebagai Mind ID. Pembangunan SGAR tahap I akan menelan biaya investasi sebesar US$ 850 juta. Kelak, smelter tersebut memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta ton SGA.
Kunto mengaku, ANTM belum memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat guna mencari sumber dana proyek-proyek smelter.
Kendati demikian, dengan kebutuhan dana belanja modal yang besar untuk proyek smelter feronikel dan SGRA, ANTM tetap melihat peluang pencarian pendanaan secara eksternal baik lewat perbankan, pasar modal, ataupun kerja sama dengan mitra strategis. “Jika ada skema yang menguntungkan dan dapat mendukung perkembangan smelter, tentu akan menjadi salah satu pertimbangan bagi perusahaan,” pungkas Kunto.