Smelter Harus Terealisasi, AMNT Diminta Laporkan Progres Detail Setiap Bulan
Mataram (Suara NTB) – Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah menyatakan, pembangunan smelter dan industri turunannya di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) harus terealisasi. Untuk itu, semua hambatan yang ada harus diselesaikan oleh semua pihak sesuai perannya.
Sementara itu, PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) diminta harus melaporkan progres bulanan pembangunan smelter kepada Pemprov NTB dan Pemda KSB secara detail. Sehingga, kepala daerah tidak mempertanyakan kapan kepastian pembangunan industri peleburan dan pemurnian emas dan tembaga tersebut.
‘’Kalau saya lihat ini (smelter) harus terealisasi. Karena kita sudah jalan. Sekarang tinggal hambatannya apa, betul-betul diselesaikan peran dari semua pihak,’’ kata Wagub di Mataram kemarin.
Apabila masalahnya sekarang terkait dengan pembebasan lahan. Maka Pemda KSB harus betul-betul komit membantu PT. AMNT untuk menyelesaikannya. Pembebasan lahan itu, kata Wagub harus segera tuntas.
Selain pembangunan smelter, menurut Wagub keberadaan industri turunan juga sangat penting di KSB. Industri turunan yang akan terbangun jika sudah ada smelter adalah pabrik semen, pupuk dan kabel. Pembangunan smelter merupakan kewajiban PT. AMNT untuk membangunnya.
Wagub menekankan pentingnya perencanaan waktu. Supaya pembangunan smelter dan industri turunannya dapat dikawal oleh semua pihak. Ia meminta jangan ada yang saling menyalahkan. Tetapi bagaimana mendorong pembangunan smelter ini segera dilakukan. Karena ia melihat perencanaannya sudah jelas.
‘’Sekarang masalahnya pembebasan lahan. Dengan pembebasan lahan, industri turunan tak akan masalah membangun. Kalau dibangun di tempat lain bisa saja. Tapi dari sisi keekonomian tidak menguntungkan. Tinggal KSB menyelesaikan pembebasan lahannya dengan baik,’’ ujar Wagub.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB, Ir. Muhammad Husni, M. Si meminta AMNT menyajikan schedule secara detail terkait dengan pembangunan smelter. Ia melihat schedule yang disampaikan PT. AMNT berupa bungkulan-bungkulan.
Ia meminta schedule tersebut harus detail, kapan memulai dan kapan berakhir. ‘’Supaya tidak lagi Pak Gubernur bertanya, yang detail disampaikan juga dalam laporan progres tiap bulan. Bukan hanya dalam bentuk cerita atau narasi, tapi ada schedule-schedule di situ supaya tidak bermunculan tanda tanya kapan mulai membangun,’’ katanya.
Menurut Husni, kepastian pembangunan smelter harus diperjelas. Setelah jelas kapan smelter dibangun, industri turunannya akan mengikuti. ‘’Saya kira industri turunan akan berlomba-lomba setelah melihat adanya smelter,’’ ujarnya.
Pembangunan smelter dan industri turunannya di KSB membutuhkan lahan sekitar 1.200 hektare. Tahapan dalam pembangunan smelter PT. AMNT antara lain perencanaan dan lokasi perizinan.
Tahun 2017-2019, memastikan lokasi pembangunan sesuai dengan RTRW. Bahwa lokasi yang dimohonkan peruntukannya untuk industri pertambangan. Lokasi yang dimohonkan sekitar 1.200 hektar berada di lima desa di KSB.
Pada tahap awal, PT. AMNT mengajukan permohonan lahan untuk lokasi pembangunan smelter seluas 200 hektare. Tetapi permohonan ini ditambah lagi 850 hektare untuk membangun industri turunannya. Seperti industri pupuk, semen dan kabel.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT. AMNT, Rachmat Makassau menjelaskan, proses pembangunan smelter sudah dalam tahapan Front End Engineering Design (FEED) yang dilakukan bersama Outotec sebagai salah satu teknologi provider terdepan dalam industri smelting dan refining. Fasilitas peleburan dan pemurnian emas dan tembaga dengan kapasitas 1,3 juta ton konsentrat tersebut dibangun di KSB, direncanakan awal 2020 sudah mulai konstruksi.
Ditargetkan pertengahan 2022, smelter tersebut sudah selesai dibangun. Namun ia berharap bisa lebih awal selesai. Kemudian beroperasi di pertengahan 2022.
Rachmat menyebutkan akhir 2019, progres pembangunan smelter secara keseluruhan sudah mencapai 25 persen. Kemudian tahun 2020, progresnya diharapkan mencapai 38 persen. Selanjutnya tahun 2021, progresnya diharapkan mencapai 70 persen. (nas)