Smelter Smelting Jadi Andalan RI Hasilkan Bahan Baku Emas
Liputan6.com, Gresik - PT Smelting, menjadi pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) pertama dan saat ini menjadi satu-satunya di Indonesia.
Fasilitas tersebut menggarap tembaga olahan (konsentrat tembaga) dari tambang Freeport Indonesia di Papua.
Presiden Direktur Smelting, Hiroshi Kondo mengatakan, Smelter Smelting merupakan fasilitas peleburan tembaga pertama di Indonesia, menghasilkan beberapa jenis produk tembaga.
"Sebagai peleburan tembaga pertama, kami memastikan bahwa kegiatan bisnis dalam siklus operasi kami tidak akan membahayaan lingkungan," kata Kondo, di Kawasan Smelter Smelting Gresik, Jawa Timur, Kamis (20/6/2019).
Senior Manager Technical Eksternal Smelting, Bouman T Situmorang mengatakan, dari proses pemurnian konsentrat tembaga di Smelter Smelting, menghasilkan katoda tembaga katoda tembaga, terak tembaga dan lumpur tembaga.
"Untuk tahun ini 57 persen diekspor, sedangkan sisanya diserap industri dalam negeri, seperti kawat dan kabel," ujar dia.
Dari beberapa jenis produk yang dihasilkan, lumpur katoda menjadi bahan baku emas dan perak.
Namun, Smelting terpaksa harus menjual seluruh lumpur anoda ke luar negeri di antaranya Jepang dan Korea, karena industri dalam negeri belum ada yang mampu mengolah menjadi emas dan perak.
"Lumpur dijual ke Jepang ke Korea secara kontrak, kalau ada pabrik yang dibangun di dalam negeri kami siap mengalihkan penjualan lumpur katoda, kalau ada peraturan yang harus memasok dalam negeri kita siap," tuturnya.
Smelter tembaga milik Smelting dibangun di atas lahan seluas 28,5 hektar pada Juli 1996 dan beroperasi Mei 1999.
Dengan porsi saham PT Freeport Indonesia 26 persen Mitsubishi Corporation Unimental Ltd 9,5 persen, Nippon Mining and Metal Co. Ltd 5.0 persen, Mitsubishi Material Corporation 60,5 persen.
"14 Desember 1998 tahap uji coba butuh waktu 5 bulan, Mei 1999 produksi komersial," ujar dia.
Menurut dia, dengan kapasitas awal mengelola konsentrat tembaga sekitar 660 ribu ton, kini fasilitas tersebut berkembang bisa mengolah 1 juta ton konsentrat tembaga.
"Dua sumber bahan baku di Indonesia yaitu Freeport dan Amman Mineral Nusa Tenggara, saat ini paling banyak dari Freeport Indonesia," tandasnya.
Sebelumnya, PT Smelting berkomitmen untuk mengoptimalkan operasional fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga, di Gresik, Jawa Timur, meski bahan baku konsentrat tembaga yang dipasok dari PT Freeport Indonesia akan menurun.
Manager General Affair Smelting, Sapto Hadi mengatakan, produksi tembaga olahan (konsentrat tembaga) dari tambang Freeport Indonesia di Grasberg di Papua akan menurun, akibat peralihan metode pertambangan dari penambangan terbuka menjadi penambangan bawah tanah.
"Saat ini kita menerima konsentrat tembaga dari Freeport 1,1 juta per tahun, kami tetap menerima dari Freeport meski sedang turun," kata Sapto, di Jakarta, Senin, 11 Februari 2019.
Meski begitu, Sapto tetap optimistis smelter yang bermitra dengan Mitsubishi tersebut akan berproduksi optimal, tidak terpengaruh penurunan produksi konsentrat Freeport.
Sebab perusahaan tabang asal Amerika Serikat tersebut sudah berkomitmen untuk memasok seluruh produksi Smelting yang diperkirakan 1,1 juta ton konsentrat tembaga.
Dari 1,1 juta ton konsentrat tembaga akan menghasilkan 291 ribu ton produk utama katoda tembaga dengan tingkat kemurnian 99,99 persen dan produksi samping 1.04 juta ton Sulphuric Acid (Asam Sulfat) dan sekitar 805 ribu ton terak tembaga (copper slag).
"Dengan proyeksi produksi seperti itu, PTS masih tetap bisa menjaga komitmen untuk memenuhi pasokan katoda tembaga terbaik ke pelanggannya, baik di dalam negeri maupun luar negeri," tutur dia.
PTS juga tetap mampu menjaga komitmen untuk mendukung program ketahanan pangan pemerintah melalui pasokan asam sulfat ke pabrik pupuk Petro Kimia Gresik. Juga berkomitmen kepada industri semen, beton, dan galangan Kapal yang memerlukan pasokan slag tembaga.
Selain itu, PTS juga akan tetap mampu menjaga kontribusinya dalam menjaga neraca perdagangan Jatim. Seperti diketahui, produk PT Smelting, selama ini menjadi kontributor terbesar kedua komoditas ekspor Jatim.