Smelting kerek produksi katoda tembaga jadi 279.000 ton di 2020, ekspor jadi andalan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi katoda tembaga PT Smelting bakal terkerek pada tahun ini. Smelter tembaga yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur ini menargetkan produksi 279.000 ton katoda tembaga sepanjang 2020. Angka itu naik sekitar 9,4% dibandingkan realisasi produksi pada tahun lalu yang sebanyak 255.000 ton.
Senior Manager Technical Eksternal PT Smelting Bouman T. Situmorang menyampaikan, pasokan bahan baku berupa konsentrat tembaga ditopang oleh PT Freeport Indonesia (PTFI). Pada tahun ini, pasokan konsentrat dari PTFI ditaksir mencapai 850.000 ton - 900.000 ton.
Untuk dapat mengoptimalkan kapasitas smelter di angka 1 juta ton, PT Smelting pun menampung pasokan konsentrat tembaga dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Pada 2020, pasokan konsentrat dari AMNT diproyeksikan sebanyak 100.000 ton - 150.000 ton.
Secara volume, Bouman menyebut bahwa pasokan konsentrat tembaga tersebut sejatinya tidak jauh berbeda dibanding tahun lalu. Namun, kandungan tembaga pada konsentrat yang dipasok tahun ini lebih tinggi ketimbang pada 2019.
"Kandungan tembaga di konsentrat lebih tinggi dari 2019. Dengan jumlah konsentrat terolah yang hampir sama, maka otomatis produksi (katoda tembaga) meningkat," kata Bouman kepada Kontan.co.id, Minggu (29/11).
Baca Juga: Tarik ulur smelter tembaga, begini kata IMA dan AP3I
Tingginya kadar tembaga pada pasokan konsentrat tahun ini tak lepas dari proses transisi penambangan di PTFI. Tahun lalu, kadar tembaga pada konsentrat yang dipasok PTFI lebih mini lantaran berada pada masa transisi, yakni di fase akhir penambangan terbuka (open pit).
Sedangkan pada tahun ini penambangan sudah mulai sepenuhnya berasal dari tambang bawah tanah. "Tahun lalu fase akhir penambangan terbuka dan awal dari bawah tanah," ujar Bouman.
Meski pada masa pandemi covid-19, Bouman menyampaikan pasokan konsentrat tembaga dan kinerja operasional smelter masih tetap terjaga. Hingga Kuartal III-2020, produksi katoda tembaga PT Smelting sudah 210.000 ton.
"PT Smelting beroperasi normal dengan menerapkan protokol kesehatan. Supply konsentrat dari tambang juga normal," imbuhnya.
Mengenai pasar, Bouman menjelaskan bahwa serapan katoda tembaga di dalam negeri merosot lantaran terimbas pandemi. Adapun demand katoda tembaga di dalam negeri berasal dari pabrik copper rod dan copper wire sebagai bahan baku di industri kabel.
Alhasil, katoda tembaga yang tak terserap di pasar dalam negeri dipasok ke pasar ekspor. Dengan mayoritas di pasar Asia Tenggara, yakni Malaysia, Thailand, Vietnam. Selain itu, China juga menjadi pasar bagi katoda tembaga PT Smelting.
Selama ini, pasar dalam negeri dan ekspor PT Smelting relatif berimbang. Namun di tengah kondisi pandemi, terjadi pergeseran sehingga pasar ekspor lebih dominan. "Proyeksi tahun 2020 adalah 22% domestik dan 78% ekspor," kata Bouman.
Selain memproduksi katoda tembaga, PT Smelting juga mengasilkan produk sampingan seperti asam sulfat, terak tembaga, gipsum, dan lumpur anoda. Hanya saja, Bouman tak secara detail memaparkan target produksi dari masing-masing produk sampingan tersebut.
Yang pasti, dia memberikan gambaran, dengan meningkatnya kadar tembaga pada konsentrat sebagai bahan baku, maka volume dari produk samping yang dihasilkan PT Smelting bisa merosot dibanding tahun lalu.
"Produk samping bergantung terhadap komposisi kimia konsentrat. Kandungan tembaga meningkat di konsentrat, maka kandungan lain akan menurun. Sehingga produk samping jumlahnya bisa menurun juga," jelas Bouman.
Baca Juga: Dirjen Minerba: Freeport tetap harus bangun smelter baru, selesai 2023!
Di luar kinerja operasional, saat ini PT Smelting juga menjadi sorotan lantaran PT Freeport Indonesia hendak menambah kapasitas PT Smelting sebesar 300.000 ton. Sehingga kapasitas pengolahan PT Smelting bertambah dari yang saat ini 1 juta ton menjadi 1,3 juta ton konsentrat.
Pada 13 November 2020, PTFI sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama Mitsubushi Materials Corporation untuk ekpansi di PT Smelting. Targetnya, penambahan kapasitas tersebut bisa selesai pada Desember 2023.
Sayangnya, Bouman belum dapat membeberkan mengenai persiapan dan tahapan dari ekspansi PT Smelting tersebut. "Itu masih negosiasi pemegang saham. Setelah ekspansi, akan mempengaruhi target produksi tembaga. Yang pasti targetnya finish 2023," imbuh Bouman.
Asal tahu saja, PT Smelting merupakan smelter tembaga pertama di Indonesia yang dibangun PTFI bersama dengan konsorsium Jepang dan dioperasikan oleh Mitsubishi Corporation. PT Smelting dibangun pada tahun 1996 sebagai bagian dari pemenuhan kewwajiban PTFI pada Kontrak Karya (KK) II.
Komposisi kepemilikan saham PT Smelting dipegang 25% oleh PTFI. Mitsubishi Materials Corporation memiliki saham mayoritas sebanyak 60,5%. Sisanya sebanyak 9,5% dimiliki Mitsubishi Corporation Unimetal Ltd, dan Nippon Mining and Metals Co. Ltd. sebanyak 5%.