TINS optimistis kinerja positif seiring pembangunan smelter baru
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk telah memulai pembangunan smelter timah baru di Muntok, Bangka Barat pada. Pabrik tersebut nantinya menggunakan teknologi di bidang pemurnian dan pengolahan timah yakni EPCC TSL Furnace Ausmelt.
Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar mengonfirmasi, proyek pembangunan smelter baru merupakan arahan dari pemerintah selaku pemegang saham mayoritas perusahaan. Dalam hal ini, pemerintah meminta perusahaan yang memiliki kode saham TINS ini untuk terus mengembangkan fasilitas pengolahan produk hilir tambang mineral.
Asal tahu saja, TINS merupakan perusahaan yang menjadi bagian holding pertambangan pemerintah melalui Mining Industry Indonesia (Mind Id).
Baca Juga: Timah (TINS) lanjutkan skema pembatasan ekspor timah tahun ini
Smelter baru TINS nantinya memiliki kapasitas produksi sebesar 40.000 ton. Perusahaan bekerja sama dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) untuk menggarap proyek tersebut. Waktu pengerjaan smelter ini diperkirakan sekitar 19 bulan sejak peletakan batu pertama.
Manajemen TINS memerlukan dana investasi sebesar US$ 80 juta untuk proyek smelter ini. Catatan Kontan, pendanaan tersebut berasal dari skema pinjaman perbankan serta export credit agency (ECA).
Terkait fasilitas perbankan, perusahaan menunjuk MUFG Bank Ltd, Finnvera dan Indonesia Eximbank sebagai ECA Guarantor.
Abdullah berharap, keberadaan smelter baru akan berdampak positif bagi kegiatan bisnis sekaligus kinerja TINS dalam beberapa waktu mendatang.
Apalagi, proyek smelter ini mengaplikasikan teknologi EPCC TSl Furnace Ausmelt yang berasal dari Australia. Penggunaan teknologi mutakhir diyakini akan meningkatkan efisiensi peleburan timah.
"Teknologi ini juga dapat meningkatkan recovery hasil peleburan serta dapat mengolah bijih timah dengan kadar yang lebih rendah," ungkap Abdullah, Minggu (2/2).
Baca Juga: Timah (TINS) mulai lakukan pembangunan smelter berteknologi Ausmelt
Sekadar catatan, di tengah pembangunan smelter baru, TINS masih melakukan pembatasan ekspor timah yang telah dilakukan sejak Juli 2019. Saat itu, perusahaan memutuskan untuk mengurangi ekspor timah sekitar 1.000-1.500 ton per bulan.
Langkah pembatasan ekspor tersebut dilakukan TINS guna mendongkrak kembali harga timah di pasar global.