a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Tahun Lalu Jeblok, Ini Strategi PT Timah Perbaiki Kinerja

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk (TINS) tahun ini berupaya untuk melakukan berbagai upaya efisiensi untuk memperbaiki kinerja tahun lalu yang kurang menggembirakan. Salah satu langkahnya adalah dengan mengurangi jumlah beban bunga untuk mengoptimalkan arus kas.

Direktur Utama Timah M. Riza Pahlevi Tabrani mengatakan perusahaan berupaya memperbaiki kinerja di tahun ini. Timah telah melakukan sejumlah langkah penurunan beban utang berhubungan dengan restrukturisasi utang tersebut.

"Selama kuartal I-2020, misalnya, Perusahaan telah secara bertahap melakukan de‐leveraging dengan mengurangi posisi utang berbunga, di samping reprofiling utang bank baik dari jenis mata uang hingga jadwal pelunasan," kata Riza dalam siaran persnya, Kamis (11/6/2020).

Efisiensi juga dilakukan pada biaya operasional perusahaan dengan menekan beban produksi dan beban usaha. Dari segi bahan baku perusahaan telah mencapai kesepakatan dengan pihak ketiga untuk kompensasi yang lebih ekonomis, seiring juga telah dilakukan efisiensi di beberapa lini operasi dan produksi.

"Untuk menjaga kesinambungan usaha dan antisipasi persaingan bisnis pertimahan di masa mendatang, TINS tetap melakukan ekspor logam timah dan saat ini sedang menyiapkan smelter baru dengan teknologi ausmelt yang lebih efisien dari sisi biaya produksi dan proses pengolahannya," jelasnya.
Baca:
Kemarin PTBA Bagi Dividen Rp 3,65 T, Antam Berapa nih?

Adapun sepanjang tahun lalu perusahaan mencatatkan kerugian bersih mencapai Rp 611,28 miliar. Kerugian ini disebabkan karena tingginya beban pokok pendapatan dan beban bunga yang tinggi.

Tercatat beban pokok pendapatan sebesar Rp 18,16 triliun atau naik 82,69% dibanding akhir tahun 2018, yang tercatat sebesar Rp9,92 triliun. Sementara kewajiban perseroan tercatat sebesar Rp 15,1 triliun atau mengalami peningkatan 66,48% dibanding akhir tahun 2018, yang tercatat sebesar Rp 9,07 triliun.

Dampak Perang Dagang dan Pandemi

Riza menyebutkan bahwa sepanjang tahun lalu harga timah dunia juga tertekan akibat perang dagang antara Amerika dan China. Selama tahun 2019, harga rata‐rata logam timah dunia yang tercatat di London Metal Exchange (LME) terkoreksi menjadi US$ 18.569/MT atau sebesar 7% year on year (2018: US$ 20.134/MT).

Selain perang dagang yang masih berlangsung hingga saat ini, pandemi Covid-19 sangat berpotensi mempengaruhi harga logam timah dunia.

"Oleh karena itu kami harus selektif dalam merespon dinamika pasar timah dunia. Hal ini sebagai ikhtiar untuk memperbaiki profitabilitas dan memperkuat fundamental perseroan di tengah kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian saat ini," tandasnya.

Dalam kesempatan yang sama, PT Timah juga melakukan perubahan komisaris. Posisi Bambang Sunarwibowo sebagai komisaris independen di perusahaan ini digandingkan oleh Agus Rajani Panjaitan. Seperti diketahui Bambang telah mendapatkan posisi barunya sebagai komisaris di PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang juga ditetapkan dalam RUPST pagi ini.

Adapun Agus Rajani saat ini juga menduduki posisi sebagai komisaris di PT Harum Energi Tbk (HRUM) dan PT London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP).

Dilansir dari website resmi London Sumatera, dia pernah menduduki posisi yang sama di PT Indofood CBP Tbk (ICBP) dan menjadi Direktur Manajemen Risiko di PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (2000-2001) dan anggota direksi di PT Bahana Securities (1996-1998).

Dia meraih gelar Sarjana Ekonomi di bidang Akuntansi dari Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia pada tahun 1985.