Tak Hanya Freeport, Puluhan Smelter Juga Setop Gegara Covid
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 memang telah berdampak pada kegiatan perekonomian di berbagai sektor, termasuk mineral dan batu bara. Pandemi ini mengakibatkan sejumlah proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tertunda.
Tak hanya proyek smelter katoda tembaga yang dibangun PT Freeport Indonesia, puluhan smelter mineral lainnya juga disebutkan tertunda dan terhenti proses pembangunannya akibat pandemi Covid-19 ini. Pemerintah menargetkan sebanyak 48 smelter baru beroperasi pada 2024.
Hal itu diungkapkan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif dalam sebuah diskusi tentang pertambangan, kemarin, Selasa (10/11/2020).
"Progress pembangunan 48 smelter di 2024 sedang banyak yang berhenti karena suplai bahan baku dan tenaga kerja juga berhenti karena negara yang punya teknologi ini sedang lockdown," ungkapnya dalam sebuah diskusi bertema 'Prospek Sektor Tambang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global' secara virtual, kemarin, Selasa (10/11/2020).
Meski kini pembatasan sosial sudah tidak seketat saat awal pandemi dan masyarakat mulai beraktivitas kembali dengan normal baru, namun proses pembangunan smelter ini belum menunjukkan kemajuan signifikan.
Dia menyebutkan, dari target beroperasinya 48 smelter pada 2024 mendatang, mayoritas proyek tersebut merupakan smelter nikel yakni mencapai 30 smelter.
Dari 30 smelter nikel yang tengah dibangun, 13 smelter progress-nya lebih dari 90%, lalu sembilan smelter capaiannya 30%-90%, dan delapan smelter kemajuannya kurang dari 30%.
Selain nikel, ada delapan smelter bauksit, di mana dua smelter capaiannya lebih dari 90%, dua smelter 30%-90%, dan empat smelter kurang dari 30%. Lalu, ada empat smelter tembaga yang tengah dibangun, di mana dua smelter progress-nya lebih dari 90% dan dua lagi kurang dari 30%.
Terakhir, smelter besi, mangan, timbal dan seng, dari enam smelter yang tengah dibangun, ada tiga smelter yang capaiannya lebih dari 90% dan tiga lainnya antara 30%-90%.
Tertundanya pembangunan smelter ini tak ayal turut berkontribusi pada anjloknya investasi di sektor mineral dan batu bara. Dari target investasi berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Pertambangan 2020 ini sebesar US$ 7,75 miliar, namun realisasi hingga Oktober baru mencapai US$ 2,89 miliar.
Ini artinya, realisasi investasi sektor pertambangan minerba hingga Oktober 2020 baru mencapai 37,3% dari target tahun ini.