a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Tambah Produksi 1 Juta Ton Alumina, Cita Mineral (CITA) Incar Pasar Baru

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan PT Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA) bakal menjajaki pasar baru untuk penjualan aluminium.

Saat ini, CITA melalui entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW) sedang melanjutkan pembangunan fasilitas pemurnian Smelter Grade Alumina (SGA) tahap dua. Pabrik itu akan memiliki kapasitas produksi 1 juta ton yang diperkirakan rampung pada tahun 2021.

Dengan demikian, setelah pabrik beroperasi optimal maka total kapasitas produksi alumina menjadi 2 juta ton per tahun. Deputy Finance & Accounting WHW Hidayat Sugiarto mengatakan perseroan telah memilki langganan untuk produksi alumina sebesar 1 juta ton.

Sementara itu, untuk tambahan alumina sebanyak 1 juta ton perseroan akan menjual kepada Malaysia, India dan perusahaan plat merah Inalum. “Target penjualan pasti ke Malaysia, India dan Inalum. Bahkan sebelum produksi sebenarnya permintaan sudah ada,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.

Sebagai informasi, perseroan menambah kapaasitas produksi dengan menggunakan dana pinjaman sebesar US$400 juta yang didapatkan melalui bank asing dan bank lokal. Diantaranya adalah Bank NISP, Eximbank, dan Bank Paribas.

Hidayat mengatakan ketika menarik pinjaman, perusahaan tambang itu telah memperkirakan peningkatan permintaan. Menurutnya sudah ada pembicaraan dengan calon klien lain yang sudah memberikan komitmen pembelian.

WHW, lanjutnya, sudah menajajaki pasar China dan Uni Eropa untuk penjualan alumina pada tahun depan. Menurutnya pada tahun lalu, pembeli dari Uni Eropa mulai melakukan transaksi. Dia optimistis ke depannya penjualan ke benua biru akan semakin terbuka lebar.

“Kebutuhan aluminium akan naik mulai 2024 karena disana tidak boleh lagi memakai kendaran konvensional dengan mengganti menjadi listrik. Otomatis kebutuhan nikel dan alumina akan meningkat untuk baterai,” ujar Hidayat.

Meski demikian, Hidayat tidak ingin jumawa dengan memberikan target tahun depan. Pasalnya bisnis komoditas berkaitan erat dengan harga di pasar.

Selain itu, dia berharap pemerintah bisa menerapkan domestic obligation market (DMO) untuk alumina seperti batu bara. “Supaya mengurangi impor alumina akan lebih baik DMO, jadi sama-sama enak,” katanya.

Sementara itu, Yusak Lumba Pardede, Direktur Cita Mineral Investindo mengatakan perseroan memiliki alokasi belanja modal sebesar Rp149 miliar. Akan tetapi sampai dengan semester I/2020 perseroan telah menghabiskan Rp74,5 miliar.

“Sebagian dari alokasi dana telah kami pakai. Rata-rata penggunaan kami pakai untuk merevitalisasi alat produksi seperti peremajaan dan perbaikan untuk menjaga produksi,” ungap Yusak.

Yusak menambahkan sekitar 8,3 juta ton produksi bauksit ditujukan untuk penjualan ekspor yang berlanjut sampai dengan tahun 2023 dan sisanya sekitar 1,7 juta ton dialokasikan untuk menyuplai alumina oleh entitas asosiasi.

Menurutnya tengah kondisi ekonomi global yang tidak kondusif, CITA masih mampu menoreh kinerja yang positif. Pasalnya pendapatan semester I/2020 mencapai Rp2,6 triliun dengan laba bersih Rp480 miliar.