Terhalang Corona, Begini Progres Pembangunan Smelter Freeport
Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan proyek smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur telah mencapai 5,8 persen per Juni 2020.
Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, pengerjaan proyek smelter tersebut hingga kini masih terkendala akibat situasi pandemi Covid-19.
"Dalam 4 bulan terakhir praktis kegiatan terhenti karena Gresik juga PSBB. Kontraktor utama yang garap proyek tersebut dari negara yang sangat terganggu karena Covid," ujarnya dalam diskusi media secara virtual, Selasa (4/8/2020).
Atas kendala tersebut, sejak April 2020, pihaknya pun telah mengajukan permohonan perpanjangan waktu pembangunan smelter selama 1 tahun ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sehingga penyelesaian proyek yang awalnya dapat selesai dan beroperasi secara komersial pada Desember 2023 mundur menjadi 2024.
Menurut Tony, Kementerian ESDM masih membahas permohonan tersebut.
"Pada dasarnya mereka (Kementerian ESDM) bisa mengerti, bisa maklumi. Cuma untuk memastikan sampai kapan masih sangat hati-hati bagi Kementerian ESDM karena kaitannya dengan Kementerian Koordinator Perekonomian dan kementerian lainnya," kata Tony.
Baca Juga : Semester I/2020, Produksi Emas dan Tembaga Freeport Indonesia Tumbuh Positif Meski demikian, Tony menegaskan bahwa pihaknya masih tetap berkomitmen untuk mengerjakan proyek tersebut.
Hingga paruh pertama tahun ini perusahaan telah menyelesaikan tahapan front end engineering design/FEED dan pematangan lahan proyek. Saat ini, perusahaan tengah menyelesaikan tahapan advance detail engineering yang baru mencapai 39 persen.
Adapun hingga Juni 2020, PTFI telah menggelontorkan dana investasi proyek smelter hingga US$280 juta. Biaya modal yang dianggarkan mencapai US$3 miliar.
President & CEO Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson mengatakan, pembangunan smelter di Gresik terkendala akibat kondisi pandemi Covid-19. Hal ini karena mobilisasi pekerja dan kontraktor internasional terhambat akibat adanya pembatasan masuk ke Indonesia sebagai mitigasi penyebaran Covid-19.
"Kami terus berdiskusi dengan pemerintah terkait permintaan kami untuk menunda selama 1 tahun dalam penyelesaian proyek. Kami juga terus berdiskusi dengan mitra dan perwakilan pemerintah untuk skenario alternatif yang akan menguntungkan bagi pemerintah dan PTFI," ujar Richard dalam conference call belum lama ini.
Smelter PTFI memiliki dua fasilitas, yakni untuk mengolah konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga dan fasilitas pemurnian logam berharga atau Precious Metal Refinery (PMR). Smelter tembaga berteknologi outotec memiliki kapasitas input 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan dapat menghasilkan katoda tembaga sebanyak 550.000 ton per tahun.
Untuk kapasitas fasilitas PMR bisa mengolah 6.000 lumpur anoda per tahun. Adapun produk turunan yang bisa dihasilkan dari fasilitas PMR itu yakni emas, perak, platinum, paladium, selenium, bismut, dan timbal.