Ternyata Ada Harta Karun Besar, Tesla Mau Bangun Pabrik di RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia kini tengah mendorong pembangunan hilirisasi industri nikel menjadi baterai hingga mobil listrik, terutama karena banyaknya sumber daya nikel di Tanah Air. Hal ini sangat beralasan pemain kendaraan listrik seperti
Setidaknya ada tiga perusahaan baterai mobil listrik kelas dunia selain Tesla akan berinvestasi membangun pabrik baterai mobil listrik hingga mobil listrik, antara lain Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China, LG Chem asal Korea Selatan, dan Hyundai asal Korea Selatan.
Tak tanggung-tanggung, jumlah investasi yang akan digelontorkan berpotensi mencapai US$ 20 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bahkan mengatakan adanya sumber daya mineral yang melimpah di negara menjadi kunci dalam pembangunan pabrik baterai hingga mobil listrik ke depannya.
"Untuk Anda yang lebih muda lagi, kita tahu Indonesia ini kaya, kita punya semua cadangan mineral untuk menjadi pemain kunci di industri baterai lithium, seperti lithium, cobalt, nikel, mangan, aluminium, copper (tembaga), dan graphite," tuturnya dalam acara INDY FEST 2020 pada Senin (19/10/2020).
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 3,57 miliar ton dan sumber daya mencapai 9,31 miliar ton pada 2019.
Sementara dari sisi produksi, produksi nikel olahan berupa feronikel dan Nickel Pig Iron (NPI) Indonesia pada 2019 mencapai 1,79 juta ton, naik dari 2018 857 ribu ton. Pada 2020 ini ditargetkan naik lagi mencapai 2,02 juta ton.
Lantas, bagaimana dengan proyeksi tren konsumsi nikel dunia untuk pabrik baterai ini?
Berdasarkan data Wood Mackenzie, pertumbuhan kendaraan listrik diperkirakan akan meningkatkan permintaan nikel dunia hingga 550 ribu ton pada 2030 dari 2019 yang masih di bawah 200 ribu ton per tahun.
Konsumsi nikel dunia untuk kendaraan listrik dan Battery Energy Storage System (BESS) pada 2020 diperkirakan masih sama dengan 2019 yang masih di bawah 200 ribu ton per tahun.
Pada 2021, konsumsi nikel untuk kendaraan listrik dan baterai diperkirakan akan meningkat menjadi di atas 200 ribu ton per tahun, lalu pada 2026 diperkirakan naik signifikan menjadi sekitar 300 ribu ton per tahun, dan pada 2030 akan naik menjadi sekitar 550 ribu ton.
Meski tren konsumsi nikel global meningkat untuk kebutuhan baterai dan kendaraan listrik, namun dari sisi pasokan nikel kelas 1 diperkirakan akan menyusut mulai 2030.