Tiga Sektor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Baru di Indonesia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menilai, ada tiga motor pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baru. Tiga sektor yang dimaksud adalah industri pengolahan logam, ekonomi digital dan industri terkait dengan pariwisata dan gaya hidup.
Thomas menjelaskan, industri smelter atau pengolahan logam menunjukkan tren positif seiring dengan pertumbuhan investasinya, terutama dari asing. Pada kuartal kedua, industri ini berhasil menarik investasi sebesar 857,9 juta dolar AS untuk 475 proyek.
Nilai tersebut berkontribusi atas 12,8 persen terhadap total penanaman modal asing (PMA) kuartal kedua. "Khususnya ditujukan untuk smelter nikel," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (30/7).
Apabila diakumulasikan secara semester, nilainya mencapai 1,4 miliar dolar AS dengan total 812 proyek. Thomas menjelaskan, nilai investasi yang besar ini mengantarkan Indonesia menjadi tiga teratas negara produsen dan eksportir baja tahan karat terbesar. Ia memprediksi, investasi di industri pengolahan logam akan terus kencang.
Motor kedua yang disebut Thomas adalah sektor ekonomi digital, terutama melalui e-commerce. Besarnya investasi di sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi mencerminkan telah terjadi e-commerce boom.
Pada kuartal kedua ini, besarannya mencapai 949,8 juta dolar AS untuk 349 proyek. Secara semester, nilai investasi sektor ini adalah 2,59 miliar dolar AS untuk 618 proyek.
Thomas menuturkan, tiga sub-sektor tersebut memiliki kaitan erat dengan e-commerce. Apabila investasi di ketiganya meningkat, maka ekonomi digital dan e-commerce pun akan terus tumbuh pesat dan berpotensi menjadi motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sektor lainnya yang disebut Thomas adalah industri pariwisata dan gaya hidup. Di era media sosial, industri ini berkembang cukup besar dan tercermin melalui angka-angka investasi maupun pertumbuhan volume di sektor transportasi serta sektor pendukung lainnya.
"Saya lihat, ini tercermin dalam angka angka investasi maupun pertumbuhan volume di sektor transportasi dan sektor sektor pendukung pariwisata dan gaya hidup," katanya.
Misalnya saja bidang usaha hotel dan restoran yang mendapatkan PMA senilai 115,8 juta dolar AS untuk 900 proyek. Secara akumulasi semester, sektor ini telah mendatangkan investasi dalam bentuk PMA hingga 275,4 juta dolar AS yang ditujukan untuk 1.796 proyek.
BKPM mencatat, nilai investasi pada kuartal kedua tahun ini adalah Rp 200,5 triliun atau meningkat 2,8 persen dari kuartal sebelumnya, Rp 195,1 triliun. Pertumbuhan juga terlihat apabila dibanding dengan periode sama pada tahun lalu yang mencapai Rp 176,3 triliun atau tumbuh 13,7 persen di tahun ini.
Sementara itu, secara semester, nilai investasi pada semester pertama 2019 adalah Rp 395,6 triliun, meningkat 9,4 persen dari tahun sebelumnya yakni Rp 361,6 triliun.