JAKARTA, investor.id – PT Timah Tbk (TINS) menjajaki pinjaman sebesar US$ 100 juta kepada pemegang saham perseroan, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau Mining Industry Indonesia (MIND ID).
Shareholder loan tersebut akan dipakai untuk membiayai kembali (refinancing) utang bank terkait modal kerja. Direktur Keuangan Timah Wibisono mengatakan, pihaknya mengusulkan bunga shareholder loan tersebut di bawah 2,5% dan tenor pinjaman selama 1 tahun dengan periode yang dapat diperbarui.
Perseroan berharap MIND ID mengabulkan proposal pinjaman tersebut sebelum akhir 2020. “Kami berupaya mengganti sebagian utang kredit modal kerja dalam dolar Amerika Serikat (AS) menjadi shareholder loan. Ini strategi natural hedge. Dengan begitu, kalau ada gejolak yang tinggi terhadap nilai tukar, imbasnya tidak begitu besar terhadap profit and loss,” kata dia di Jakarta, Senin (9/11).
Wibisono mengatakan, shareholder loan berpotensi membuat profil risiko utang jangka pendek perseroan lebih baik. Perseroan memiliki utang bank senilai Rp 6,6 triliun hingga awal November. Dari jumlah itu, utang dolar perseroan mencapai US$ 126 juta. Kreditur perseroan berasal dari bank domestik dan luar negeri. Adapun utang yang akan ditukar dengan shareholder loan memiliki tingkat bunga sekitar 2,55-3%.
Jika shareholder loan dikabulkan sesuai proposal, Timah akan memiliki beban bunga yang lebih rendah pada pinjaman dolar AS. Selain itu, perseroan bisa menjaga net debt to EBITDA tetap sehat. Wibisono menegaskan, perseroan tidak akan mengambil pinjaman baru, di luar komitmen yang sudah diraih sebelumnya. Perseroan sudah menarik pinjaman sekitar US$ 30 juta untuk ekspansi smelter ausmelt furnace di Muntok, Bangka Belitung.
Pekerjaan konstruksi smelter secara keseluruhan telah mencapai 30,5% dan ditargetkan selesai pada Januari 2022. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) bertindak sebagai kontraktor smelter tersebut. Sesuai rencana, smelter ausmelt Timah akan menelan total investasi US$ 80 juta. Proyek ini dibantu oleh lembaga pembiayaan ekspor asal Finlandia, Finnvera, beserta MUFG Bank dan Indonesia Eximbank. Selain ausmelt, Timah juga masih mencari mitra strategis dari dalam dan luar negeri untuk proyek mineral tanah jarang atau (rare earth). “Proyek rare earth membutuhkan mitra yang punya teknologi tinggi,” ujar dia.
Perbaikan Kinerja Pada kuartal IV-2020, lanjut Wibisono, perseroan berharap dapat terus menekan kerugian. Pihaknya optimistis, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa cenderung stabil dan harga komoditas timah global menguat. “Semoga harga timah menuju posisi US$ 18.000 per metrik ton,” tutur dia. Selesainya periode pemilihan presiden AS turut membawa harapan baru pada permintaan komoditas timah lantaran potensi perbaikan aktivitas manufaktur.
Menurut Wibisono, penjualan ke pasar AS berkontribusi sekitar 15% terhadap total penjualan perseroan. Sementara, pasar Eropa 15%, pasar Asia mengambil porsi mayoritas 68%, dan penjualan dalam negeri 2%. Kinerja Timah menunjukkan performa membaik secara kuartalan. Hal ini terlihat dari cashflow operasi perseroan Rp 4,84 trilun hingga kuartal III-2020, naik 52,68% dibandingkan kuartal II tahun 2020 sebesar Rp 3,17 triliun. EBITDA pada kuartal III-2020 mencapai Rp 850,36 miliar, meningkat dibandingkan kuartal II-2020 Rp 338,72 miliar.
Sementara itu, rugi perseroan mencapai Rp 255,16 miliar pada kuartal III-2020, lebik baik dibandingkan dengan rugi pada kuartal II-2020 sebesar Rp 390,07 miliar. Indikator lainnya yang menunjukkan perbaikan pada kuartal III-2020 adalah gross profit margin yang naik menjadi 6,40% dari kuartal III-2020 3,13%. Disamping itu, net profit margin meningkat dari sebelumnya -4,89% menjadi -2,15%. Pada kinerja operasi, Timah memproduksi bijih timah sebesar 34.592 ton pada kuartal III-2020, atau turun sebesar 47,44% dari akhir 2019 sebanyak 65.819 ton. Dari pencapaian tersebut, sekitar 74,56% berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 25,44% berasal dari penambangan laut. Seiring itu, penjualan logam timah hingga September 2020 sebesar 45.548 ton atau turun 9,49% dari akhir 2019 sebanyak 50.326 ton. Hal ini mempengaruhi penurunan pendapatan perseroan sebesar 18,42% menjadi Rp 11,88 triliun hingga kuartal III-2020 dari akhir tahun lalu Rp 14,56 triliun. Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id) Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Timah Minta MIND ID Beri Pinjaman US$ 100 Juta"