Timah Patok Pendapatan dari Anak Usaha Capai 10 Persen
PT Timah (Persero) Tbk menargetkan anak usahanya yang bergerak di luar lini bisnis pertambangan timah dapat menyumbang pendapatan sekitar 5-10 persen terhadap total pendapatan sang induk. Target ini meningkat dari realisasi akhir tahun lalu yang sebesar 4,7 persen terhadap total pendapatan perseroan.
Direktur Utama Timah Mochtar Riza Pahlevi berharap, kinerja anak usahanya mendongkrak kinerja keuangan perseroan hingga akhir tahun nanti, mengingat harga timah saat ini masih belum menunjukkan pemulihan. Menurut data yang dikantongi perseroan, harga jual rata-rata timah sepanjang kuartal I 2016 sebesar US$15.478 per Metrik Ton (MT) di mana angka ini turun 18,26 persen ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$18.936 per MT.
Ironisnya lagi, pelemahan harga timah ikut membuat produksi perseroan loyo. Produksi timah hingga kuartal I 2016 hanya berkisar 4.205 MT atau rontok 40,41 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu, 7.057 MT. Walhasil, pendapatan perseroan di semester I 2016 turun menjadi Rp1,37 triliun dari periode yang saja tahun sebelumnya Rp1,3 triliun.
Lihat juga:Smelter Timah RI Kerap Langgar Aturan demi Menjaga Produksi "Produksi pada awal-awal tahun ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu, karena pengerek produksi tentu adalah harga. Makanya, kami akan memberi ruang bagi anak-anak usaha kami di luar lini usaha pertambangan timah untuk berkontribusi lebih, utamanya anak usaha kami yang bergerak di bidang rumah sakit dan timah industri" ujar Riza, Kamis (4/8).
Ia menerangkan, saat ini, rumah sakit yang dipegang oleh PT Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT) sudah memiliki empat unit dan empat klinik yang berada di Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Bahkan, pada semester II ini, perseroan akan melakukan dua pembangunan di Pangkalpinang dan Belitung, sehingga kontribusi pendapatannya bisa meningkat.
"Kami juga merencanakan untuk Initial Public Offering (IPO) bisnis rumah sakit kami, apabila memang kondisi keuangannya sudah membaik. Tetapi, memang terlihat membaik, karena di awal tahun sudah menunjukkan profit," tutur dia.
Lihat juga:Rugi Rp138 M, Kinerja Timah Anjlok pada Kuartal I 2016 Di lini timah industri, menurut Riza, permintaan juga meningkat dan disertai dengan pemenuhan kapasitas maksimal di pabrik milik perseroan di Cilegon, Banten. Lini usaha yang dipegang oleh anak usaha, PT Timah Industri, ini telah merampungkan pabrik tin solder di September 2015 dengan kapasitas 3.000 ton, dan pabrik timah kimia di Desember 2015.
"Dengan melebarnya sayap anak usaha ini, kami berharap, target profit bisa tercapai sebesar Rp400 miliar," imbuh dia.
Sebagai informasi, PT Timah menghasilkan laba Rp101,56 miliar di sepanjang 2015. Realisasi ini menurun 85 persen dari angka tahun lalu sebesar Rp672,99 miliar.