Taliwang (Suara NTB) – Proses pembebasan lahan smelter Amman Mineral hingga kini masih belum menemui kata tuntas. Sekitar enam dari 154 hektar lahan yang dibutuhkan di wilayah dusun Otak Kris masih dipertahankan pemiliknya.
“Masalahnya soal harga. Pemiliknya ada satu keluarga dan mereka minta harga tinggi dari tawaran yang kita ajukan,” kata wakil ketua tim percepatan rencana pembangunan smelter dan industri turnannya, Dr. Ir. H. Amry Rakhman, M.Si, Rabu, 27 November 2019.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil penilaian tim apraisal, nilai lahan yang masih dipertahankan pemilikinya itu sebesar Rp5,5 juta/are. Namun sang pemilik tetap bertahan dengan harga Rp15 juta/are. Atas permintaan itu, tim belum bisa menyepakatinya karena terlalu tinggi dari nilai perhitungan awal. “Padahal kondisi lahannya sama saja seperti lahan sekitarnya yang sudah disepakati nilainya sesuai perhitungan apraisal,” cetus H. Amry.
Terkait lahan itu, diakuinya, Pemda KSB yang memfasilitasi proses pembebasan lahan smelter itu masih mengupayakannya. Bupati dan Kapolres rencananya akan kembali menggelar pertemuan dengan pemilik lahan pada akbir pekan ini. “Pak bupati sempatnya hari Sabtu. Jadi kita tunggu saja hasilnya,” urainya.
Menurut H. Amry, timnya optimis bisa menuntaskan proses pembebasan lahan tersebut. Ia mengungkapkan, ada sejumlah cara yang bisa ditempuh pemerintah. “Tapi sekarang kita jalani cara-cara negosiasi dulu. Nanti kalau tidak tuntas di sini kita lanjutkan di provinsi. Ya kalau tidak bisa juga, ada cara lain (hukum),” timpalnya.
Amry menjelaskan, kepemilikan lahan di lokasi calon pembangunan smelter selain dimiliki masyarakat ada juga lahan milik pemerintah. Dan untuk lahan pemerintah itu, diakuinya saat ini tengah berpeoses. “Prinsipnya Pemda KSB sudah sepakat. Lahan kita di sana hanya berupa ruas jalan dan saluran saja. Itu sudah siap kita lepaskan,” paparnya.
Selanjutnya ia menyampaikan, jika nanti pembebasan lahan telah tuntas. Langkah berikutnya untuk pembangunan smelter akan diserahkan ke perusahaan. Saat ini berdasarkan informasi yang diperoleh tim percepatan, Amman Mineral telah menggelar tender pengerjaan konstruksi pabrik pengolah hasil tambang mineral tersebut.
“Infonya sudah ada empat perusahaan yang mengajukan penawaran,” sambungnya seraya menambahkan, persyaratan administrasi lainnya juga segera dilengkapi pihak Amman dibantu tim percepatan. “Administrasinya seperti IMB, NPWP dan lainnya kita targe selesai Desember tahun ini,” kata H. Amry.
Ditanya soal rencana dimulainya kegiatan konstruksi, H. Amry mengatakan, pihak Amman Mineral melalui PT Amman Mineral Industri (AMIN) yang ditugasi mengelola fasilitas smelter tersebut berencana akan memulainya pada bulan April 2020 mendatang. Periraan penyelesaian smelter dengan kapasitas produksi 1,3 juta ton/tahun itu pun telah ditarget rampung tahun 2022. “Kegiatan konstruksinya makan waktu 2 sampai 2,5 tahun. Dan tahun 2023 smelter itu akan siap produksi,” imbuhnya.(bug)