Tiru China, Menteri ESDM Dorong Adopsi Teknologi Hilirisasi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyoroti ketertinggalan Indonesia dari China dalam mengadopsi teknologi terkini dalam hilirisasi pertambangan.
Menurut dia, hilirisasi pertambangan seharusnya dibarengi dengan adopsi perkembangan teknologi baru. Sebab, pemanfaatan teknologi cerdas, model bisnis baru, dan penciptaan digitalisasi akan menambah nilai hilirisasi itu sendiri. Ujung-ujungnya, bisnis dapat tumbuh dengan pesat.
"Kita punya sumber mineral banyak, tapi teknologinya yang punya orang (negara) lain. Kita belajar dari mana mereka itu bisa mendapatkan teknologinya. Kita punya sumbernya, tapi kenapa kita ketinggalan sehingga kita harus membeli teknologi dari luar. Nilai itu yang harus kita perbaiki," tegas Arifin saat mengunjungi kantor Badan Geologi Bandung, Jumat (1/3).
Arifin mencontohkan, keberhasilan China memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari hilirisasi membuat mereka mampu menguasai sebagian besar dunia usaha pertambangan."Sekarang Tiongkok yang paling unggul dalam processing nikel. Tak salah perusahaan-perusahaan besar yang selama ini mendominasi processing mineral sekarang malah ketinggalan secara cost (dari Tiongkok)," paparnya.
Kesuksesan China, sambung dia, harus dijadikan modal untuk kemajuan industri hilirasi pertambangan di Indonesia.
"Kita harus bisa 'tersinggung', kok orang lain bisa kenapa kita enggak. Ketersinggungan kita harus kita respon dengan usaha. Jadi saya minta pada para pimpinan unit membuat program yang mengacu pada hal tersebut," imbaunya.
Arifin pun mendukung penuh untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif untuk melakukan adopsi teknologi demi menyukseskan program hilirisasi tersebut. "Jika perlu peralatan kita siapakan, jika perlu pendidikan kita dukung. Yang penting program ini bisa berjalan dan kita bisa jalankan sebagaimana yang kita harapkan," tegasnya.