indopos.co.id – Utang luar negeri Indonesia hingga Juli ini yang nyaris tembus Rp 6 ribu triliun memang membuat banyak pihak prihatin. Namun utang sebesar itu dinilai masih wajar oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Alasannya, pertumbuhan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dianggap masih terkendali.
Menurut Luhut, meningkatnya utang luar negeri itu didorong arus modal yang masuk pada Surat Berharga Negara (SBN) plus penerbitan surat utang global pemerintah. Terkait aliran modal yang masuk itu, menurutnya, sebagian untuk pemenuhan kebutuhan pembiayaan, termasuk penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Disampaikan Luhut pula, kemampuan membayar utang luar negeri itu dijaga dengan cara mencari sumber pembiayaan murah dan meningkatkan pendapatan negara. ”Jadi kalau ada orang bilang utang kita berlebihan segala macam. Ya memang harus dilakukan. Tapi (utang) itu masih sangat-sangat terkendali,” kata Luhut.
Ia lantas memproyeksikan hingga 2023 utang pemerintah akan terus bertumbuh di level 38,1 persen. Utang-utang itu terpaksa dilakukan untuk menutupi kebutuhan akibat defisitnya anggaran negara. ”Tetapi kalau bisa tertangani dengan baik. Maka beban utang bakal berkurang,” imbuhnya.
Ia juga menyampaikan bahwa akibat pandemi Covid-19 ini, sektor investasi maupun sektor konsumsi masyarakat di tanah air sangat terpukul. ”Jadi dari sisi permintaan, konsumsi, dan investasi ini betul-betul terpukul berat. Sudah kami petakan itu dari awal tahun sampai sekarang ini,” katanya.