REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) baru saja menjalin kerja sama dengan PT Indonesia Morowali Indonesia Park (IMIP). Kerja sama itu menjadi bukti dorongan alih teknologi industri nikel.
Rektor UGM, Panut Mulyono, mengapresiasi terlaksananya kerja sama itu. Ia menilai, kerja sama dapat memberikan manfaat lebih besar bagi kedua belah pihak.
Panut berharap, fakultas-fakultas dan pusat-pusat studi UGM dapat implementasikan kerja sama yang ada. Apalagi, industri nikel pekerjakan 33 ribu orang lebih dan diperkirakan terus bertambah.
"Terkait kebutuhan tenaga kerja, kita harapkan banyak alumni terbaik kita masuk ke industri ini," kata Panut, Rabu (12/6).
Direktur Pengembangan IMIP, Dedi Mulyadi menuturkan, kerja sama ini usaha melakukan proses alih teknologi. Yaitu, menggantikan tenaga kerja asing yang ada di industri tersebut.
Ia berharap, tenaga kerja yang berkemampuan bisa mengganti mereka dan teknologi smelter dapat dikuasai. Menurut Dedi, sebagai anak bangsa tidak bisa hanya menjadi penonton di negeri sendiri.
Soal kebutuhan tenaga kerja, tidak cuma UGM, IMIP telah pula menggandeng UI dan ITB dalam pengembangan politeknik. Ia memperkirakan, kebutuhan akhir tahun ini meningkat jadi 80 ribu.
"Produksi kita mencapai tiga juta ton per tahun dengan nilai ekspor mencapai 5 miliar dolar AS," ujar Dedi.