Usai divestasi, simak rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO) dari analis berikut
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi menunjuk induk holding BUMN Pertambangan, yakni MIND ID (Inalum) untuk mengambilalih 20% divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Divestasi ini merupakan kesepakatan yang ditandatangani dalam amandemen Kontrak Karya (KK) pada 2014 lalu. Kewajiban divestasi saham INCO tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, keputusan pemerintah yang menunjuk MIND ID untuk menyerap 20% saham INCO sudah tepat. Meskipun bukan pemegang saham mayoritas, pemerintah melalui MIND ID memiliki suara yang sah dalam pengambilan keputusan di manajemen INCO, terlebih terkait kebijakan pembangunan smelter untuk pengolahan bijih nikel.
Baca Juga: INCO: Pembelian 20% saham dimulainya kerjasama strategis dengan MIND ID
Apalagi saat ini pemerintah sedang gencar untuk mempercepat larangan ekspor nikel pada tahun 2022. "Maka ini akan memberikan nilai tambah yang lebih baik kepada Indonesia maupun industri nikel secara keseluruhan," terang Wawan kepada Kontan.co.id, Selasa (15/10).
Wawan menilai, tidak menutup kemungkinan bagi pemerintah untuk menambah kepemilikan saham INCO.
Ia mencontohkan divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI) yang kini 51% sahamnya dikuasai oleh pemerintah. Sebelumnya, kepemilikan saham Indonesia di PTFI hanya 9,36%.
Analis sekaligus Presiden Director CSA Institute Aria Santoso menyatakan divestasi 20% saham INCO oleh holding tambang BUMN tidak akan terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja INCO. "Karena siapapun pemiliknya (holding), kinerja perusahaan lebih mengacu terhadap kemampuan penjualan," ujar Aria saat ditemui Kontan.co.id, Selasa (15/10).
Aria menilai, prospek saham INCO saat ini cukup menarik. Sebab, harga nikel yang sedang naik menjadi katalis positif bagi saham INCO. Ditambah, INCO dinilai bakal diuntungkan dengan adanya percepatan pelarangan ekspor bijih nikel pada 2022.
Selain itu, Vale Indonesia juga memiliki pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sendiri. Menurut Aria, hal ini menjadi kelebihan Vale Indonesia karena dapat meminimalisir biaya produksi.
Baca Juga: MIND ID resmi ambil alih saham divestasi Vale
Kontan.co.id mencatat, selama ini INCO memiliki empat PLTA yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pabrik produksi nikel.
Aria menilai, saham INCO cocok untuk investasi jangka panjang. Sebab, saat ini harga nikel cenderung sedang dalam kondisi uptrend. “Jika harga komoditas nikel mengalami kenaikan, maka ada momentum yang menarik untuk membeli saham INCO,” katanya.
Wawan juga menyarankan INCO untuk investasi jangka panjang. “Sebab jika jangka pendek maka cukup riskan karena harga nikel sempat naik sementara saat ini cenderung normal,” ujar Wawan.
Ia merekomendasikan untuk buy jangka panjang saham INCO di level Rp 3.600 per saham. Hingga akhir tahun, Wawan memperkirakan INCO akan bertengger di level Rp 4.000 per saham.
Pada perdagangan hari ini, saham INCO ditutup melemah 3,92% ke level Rp 3.680 per saham. Meski demikian, saham INCO telah menguat 12,88% secara year-to-date dan telah menguat 20,26% sejak tiga bulan ke belakang.