PT Vale Indonesia berancana mendirikan pabrik berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
“Proyek Pomalaa HPAL saat ini masih dalam tahap definitive engineering,” tutur Senior Manager Communication Vale, Suparam Bayu Aji kepada tambang.co.id, Jumat (25/1).
Itulah sebabnya, Vale menjajaki penggunaan teknologi pengolah nikel laterit untuk bahan baku dasar baterai litium. Rekayasa secara definitif dilakukan untuk mempelajari teknologi tekanan tinggi dengan larutan asam.
Laman tambang.co.id menuliskan bahwa teknologi HPAL perdana beroperasi di Indonesia, dimulai oleh PT QMB New Energy Materials. Perusahaan ini baru saja diresmikan.
PT QMB New Energy Materials merupakan kerja sama antara Indonesia, China, dan Jepang. Pabrik itu berdiri di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah.
Ada tiga investor yang terlibat, di antaranya GEM Co.,Ltd., Brunp Recycling Technology Co.,Ltd., Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa.
Dengan menggunakan teknologi HPAL, New Energy memproduksi campuran endapan hidroksida atau mix hidroxide precipitate, disingkat MHP. Hal ini dikonfirmasi oleh CEO PT IMIP, Alexander Barus.
Menurut Sekertaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey mengatakan, MHP masih membutuhkan proses pengolahan yang panjang, untuk mencapai tahap menjadi bahan baku baterai litium.
“Industri baterai material biasanya lebih menyukai dalam bentuk senyawa sulfat untuk efektifitas dan efisiensi proses,”