Vale Indonesia Jajaki Rangkul Mitra Bangun Smelter Soroako
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Vale Indonesia berencana merangkul sejumlah mitra demi membangun kembali pabrik pemurnian mineral (smelter) nikel di Soroako, Sulawesi Selatan.
"Saat ini, sedang kami pelajari beberapa mitra yang sudah mengajukan proposal. Sudah ada yang sesuai kriterianya, namun tetap melalui prosedur," kata CEO PT Vale Indonesia Nicolas Kanter, mengutip Antara, Senin (19/12).
Ia menyebutkan, salah satu kandidat terkuat berasal dari Tiongkok. Namun, ia enggan menyebutkan, besaran investasi dan detil dari rencana pembangunan smelter tersebut.
Perusahaan tambang asal Brasil ini beroperasi di 27 negara di lima benua dengan jumlah karyawan dan kontraktor 200 ribu orang lebih. Cadangan mineral area konsesi yang dieksplorasi perseroan berdasarkan data Desember 2015 adalah total terbukti dan terkira sebesar 119,3 metrik ton dengan kadar 1,78 persen.
Perseroan telah mencatatkan rekor produksi pada tahun 2015, yaitu sebesar 81.177 metrik ton. Laba perusahaan tahun lalu tercatat sebesar US$ 50,5 juta. Nicolas juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi menjadi poros kebijakan nikel dunia karena 30 persen pasokan dunia dimiliki oleh Indonesia.
"Apapun kebijakan oleh pemerintah Indonesia pasti akan jadi sorotan dunia, maka itu berikanlah kebijakan yang memberikan kepastian," tuturnya.
Ia juga mengatakan bahwa kualitas nikel Indonesia masih salah satu yang terbaik, serta memiliki cadangan yang besar bagi dunia.
Vale sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar dunia memandang tahun depan merupakan momentum untuk membaiknya harga nikel di pasar dunia. Ia berpendapat, menguatnya mata uang dolar AS akan memengaruhi pasar.
"Dolar AS naik belum tentu buruk, di sisi lain akan ada industri juga yang diuntungkan, tapi saya melihat hal tersebut bukan faktor utama," katanya.
Kendati demikian, Vale Indonesia dipastikan tidak akan memenuhi target produksi pada tahun ini, karena ada beberapa masalah transformasi pada smelter. Namun, yang menentukan bukanlah mata uang dan produksi, melainkan kebijakan pemerintah.
Menurut Nico, ketidakpastian aturan merupakan hal yang menakutkan bagi investor, karena segala perhitungan modal yang sudah pasti bisa saja berubah sewaktu-waktu, bisa saja sharing royalty yang tiba-tiba berubah. (bir/gen)