Vale Indonesia Matangkan Transaksi Dengan Inalum - Rencanakan Divestasi Saham
NERACA
Jakarta – Setelah pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di istana September lalu mendapatkan dukungan soal rencana divestasi, kini PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terus memantapkan aksi korporasi tersebut. Pasalnya, bola tersebut kini ada di PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang bakal menyerap 20% divestasi saham Vale.
Deputy CEO Vale Indonesia, Febriany Eddy mengatakan, pihaknya saat ini terus melakukan negosiasi mendalam terkait nilai divestasi 20% saham perseroan kepada Inalum selaku holding BUMN Pertambangan. Perseroan sendiri, menurutnya, sudah memiliki hasil perhitungan valuasi sendiri. Hasil perhitungan ini terdiri dari sejumlah pilihan yang akan disodorkan kepada Inalum untuk kemudian didiskusikan. “Hasil perhitungan itu sudah siap dari jauh-jauh hari. Namun proses negosiasi baru saja berlangsung,”ujarnya seperti dikutip investor di Jakarta, kemarin.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Gatot mengatakan penugasan terhadap Inalum disampaikan oleh Kementerian ESDM kepada Kementerian Keuangan. Bambang menjelaskan, akuisisi Vale akan dilakukan secara business to business dengan Inalum.
Sebagai informasi, kewajiban Vale untuk mendivestasi sahamnya sesuai dengan sesuai dengan PP Nomor 7 Tahun 2014. Aturan tersebut mengalami revisi keempat melalui PP Nomor 1 Tahun 2017 yang menyebut seluruh perusahaan penanaman modal asing (PMA) wajib mendivestasikan sahamnya secara bertahap hingga 51% setelah lima tahun berproduksi.
Ekspansi Vale saat ini tengah menjajaki kerja sama dengan mitra baru asal Tiongkok untuk pembangunan pemurnian nikel atau smelter di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Sebelumnya, Febrianny mengatakan, proses negosiasi dengan calon mitra untuk pembangunan smelter sudah pada tahap final. “Smelter di Bahodopi mitranya sudah ada, tapi belum bisa diumumkan, karena masih tahap final negoisasi, tak etis kalo saya jelaskan sekarang. Kalau nanti sudah selesai tanda tangan pasti kita umumkan bahkan kita undang ke Indonesia,” ungkapnya.
Perseroan mengungkapkan, realisasi belanja modal sampai dengan semester pertama mencapai US$ 76,8 juta atau 38,98% dari total belanja modal atau capex tahun ini sebesar US$ 197 juta. Vale menggunakan sebagian besar capex tersebutuntuk pengerjaan beberapa proyek utama, mulai dari revitalisasi Larona Canal Lining, pengembangan tambang, mobile screening station, dan perbaikan fasilitas pengendapan Lamella Gravity Settler.
INCO juga menggunakan capex juga untuk membiayai perbaikan fasilitas pengolahan debu di tanur pengering dan proyek pengembangan area tambang. Vale akan memfokuskan penggunaan capex tahun ini untuk pengembangan bisnis dan operasi, khususnya terkait projek peningkatan kapasitas produksi di Blok Sorowako, yakni efisiensi energi berupa projek coal conversion project (CCP).
Selain pengembangan kapasitas produksi di Sorowako, INCO juga akan menggunakan sisa dana capex untuk perbaikan kanal pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Larona, penggantian peralatan berat, hingga pengembangan area konsesi di Blok Bahodopi. Tercatat per semester pertama 2019, perseroan telah memproduksi 36.034 metrik ton nikel matte atau lebih rendah dibanding realisasi periode yang sama tahun 2018 sebesar 36.034 metrik ton. Produksi turun akibat adanya perawatan kanal pembangkit listrik milik INCO, yakni Larona Canal.
Sementara tahun ini INCO menargetkan dapat mengeruk nikel sebanyak 71.000 ton. Target ini lebih rendah dari target produksi tahun 2018 sebesar 75.000 ton.