a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Vale Indonesia Siapkan Skenario Pengurangan Produksi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana keputusan perusahaan tambang PT Vale Indonesia, Tbk untuk menghentikan operasinya akibat pandemi virus Covid-19 dinilai berpotensi memberi dampak besar bagi perekonomian sekitar, khususnya Sulawesi Selatan. Deputy CEO PT Vale Febriany Eddy dalam pesan tertulis di Jakarta, Jumat (8/5) menyatakan apabila dampak pandemi ini telah membahayakan kesehatan dan keselamatan pekerja, maka PT Vale telah menyiapkan skenario pengurangan produksi bahkan penghentian operasi (shutdown) .

Vale SA telah memutuskan untuk menghentikan produksi dan menerapkan mode perawatan dan pemeliharaan selama empat minggu pada bagian operasi lain di Voisey’s Bay Canada. Keputusan ini diambil sebagai bentuk antisipasi mewabahnya penyakit Covid-19 di wilayah tersebut.

Apabila keputusan tersebut diambil di Indonesia, akan mengancam hilangnya potensi APBD di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, sebesar 15 persen. Berdasarkan data yang dihimpun Antara, kontribusi PT Vale mencapai hampir Rp 200 miliar atau kisaran 15 persen untuk APBD Kabupaten, hal tersebut belum termasuk konversi pajak terhadap provinsi Sulawesi Selatan.

Selain itu, sekitar 3.000 karyawan, 7.000 kontraktor dan sebanyak 138 supplier lokal memiliki potensi terdampak dengan keputusan tersebut.

Namun PT Vale menyadari bahwa keputusan pengurangan produksi atau shutdown ini nantinya bukanlah suatu keputusan yang mudah karena operasi PT Vale di Sorowako masih sangat berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi setempat, sehingga PT Vale mempunyai tanggung jawab sosial untuk terus beroperasi dengan aman.

Hingga akhir Kuartal I-2020, kinerja operasional PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) masih baik. Hal tersebut tercermin pada pencapaian target produksi Kuartal I-2020 sebanyak 17.614 ton Nikel dalam Matte. Kabupaten Luwu Timur sendiri, juga mendapatkan pasokan listrik sebesar 10,7 MW dari PLTA milik PT Vale Indonesia.

“Sampai saat ini, faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan lebih pada harga nikel yang terkoreksi yang mempengaruhi pendapatan, namun di lain sisi biaya produksi membaik karena harga minyakyang lebih rendah,” tambah Febriany Eddy.

PT Vale sampai saat ini juga masih menjalankan operasionalnya sesuai target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2020 dengan mempertahankan angka produksi seperti tahun 2019 yakni 71 ribu ton.

Meski demikian, PT Vale tetap memperhatikan kondisi aktual di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung yang belum dapat diprediksi kapan berakhirnya. Salah satunya adalah dengan menyiapkan perencanaan keberlangsungan bisnis untuk mengantisipasi dampak yang lebih serius terhadap operasional bila pandemi terjadi berkepanjangan.

Sampai saat ini, PT Vale juga masih dapat menjaga agar lini produksi terutama operasi tambang dan smelter tetap berjalan dengan tetap mengutamakan aspek kesehatan dan keselamatan pekerja serta lingkungan.