Vale Lanjutkan Proyek Smelter Pomalaa dan Bahodopi
' />
JAKARTA, Investor.id - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan seluruh persyaratan untuk proyek pembangunan smelter Pomalaa di Sulawesi Tenggara dan Bahodopi di Sulawesi Tengah tuntas pada semester I-2021. Sedangkan nilai investasi kedua proyek diperkirakan sekitar US$ 4 miliar.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernandus Irmanto mengatakan, untuk proyek smelter di Pomalaa, perseroan sedang dalam memproses penyelesaian final investment decision (FDI). Kemudian, perseroan juga sedang menyamakan pandangan dan memenuhi persyaratan dari mitra strategis yang terlibat dalam proyek Pomalaa.
"Persyaratan teknis, seperti Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) dan IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan) juga segera dipenuhi, termasuk mengenai financing process," jelas dia dalam acara Konferensi Pers Virtual, Rabu (26/8). Sejauh ini, menurut dia, perseroan tidak mengalami kendala berarti dalam memenuhi persyaratan dan perizinan proyek tersebut.
Apalagi pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sangat membantu dalam memenuhi persyaratan pembangunan proyek tersebut. "Semua persyaratan diharapkan sudah dipenuhi pada semester pertama tahun depan sehingga pada kuartal III-2021, keputusan investasi (FDI) bisa diambil," kata dia.
Perseroan menggandeng Sumitomo Metal Mining guna mengembangkan smelter di Pomalaa. Bernadus memperkirakan proyek smelter di kawasan Sulawesi Tenggara ini akan menelan dana hingga US$ 2,5 miliar. Sementara itu, proyek smelter di Bahodopi, perseroan juga tengah mempersiapkan persyaratan untuk keputusan final investasi. Perseroan juga sedang memproses perizinan yang sempat berjalan lambat akibat pandemi Covid-19.
Namun demikian, perseroan berharap penyelesaian semua persyaratan dan perizinan tuntas pada semester I-2021. Perseroan juga telah menemukan mitra strategis untuk menjalankan proyek, yakni investor dari Tiongkok. Namun, perseroan belum bisa menyebutkan namanya, karena masih dalam confidentiality agreement. Sedangkan untuk investasi, nilainya akan mencapai sekitar US$ 1,5 miliar. Namun jumlahnya akan disesuaikan setelah semua studi teknis selesai.
Sementara itu, sebelum dua proyek smelter ini bisa dijalankan, perseroan akan fokus mengoperasikan pabrik smelter di Sorowako, Sulawesi Selatan. Saat ini, perseroan sedang menggelar studi untuk meningkatkan kapasitas produksi di Sorowako menjadi 90 ribu ton. "Kami berharap bisa mencapai produksi 90 ribu ton sebelum 2025 atau sebelum mengajukan perpanjangan izin usaha," terang dia.
Adapun pada kuartal II-2020, perseroan mencatat produksi nikel matte sebesar 18.701 ton dan pengiriman nikel matte sebesar 19.887 ton atau US$ 185,7 juta. Sedangkan untuk keseluruhan 2020, perseroan merevisi target produksi nikel matte menjadi 73 ribu ton dari target sebelumnya sebesar 71 ribu ton.
"Kenaikan ini disebabkan oleh penundaan rebuild tanur listrik 4 yang semula dijadwalkan pada kuartal keempat tahun 2020 menjadi kuartal kedua tahun 2021," kata dia. Bernadus menjelaskan, dengan adanya penundaan pembangunan kembali tanur listrik tersebut, serapan belanja modal (capital expenditure/capex) perseroan menjadi lebih rendah. Pada kuartal II-2020, perseroan baru menyerap capex sebesar US$ 44 juta. Sementara hingga akhir 2020, perseroan memperkirakan capex di sekitar US$ 120 juta.
Editor : Parluhutan (parluhutan@investor.co.id) Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Vale Lanjutkan Proyek Smelter Pomalaa dan Bahodopi"