CHICAGO- Harga emas terus melonjak lagi pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis (23/7) pagi WIB, mencapai level tertinggi sejak September 2011. Kenaikan harga emas itu meningkatnya ketegangan Amerika Serikat-China memicu permintaan terhadap aset safe haven emas, didukung juga oleh dolar AS yang melemah.
Reuters melaporkan kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, naik US$21,2 atau 1,15%, menjadi ditutup pada US$1.865,10 per ounce pada Rabu (22/7). Sehari sebelumnya emas berjangka menguat US$26,5 atau 1,46%, menjadi US$1.843,90 per ounce.
“Emas sedang mengalami percepatan yang lebih tinggi dan itu terutama karena ketegangan geopolitik dengan China. Tampaknya tidak ada akhir yang terlihat untuk eskalasi ini … dan itu akan merusak sentimen karena negara-negara terbesar di dunia terus bertengkar,” kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
AS memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston, sementara sebuah sumber mengatakan Beijing tengah mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Wuhan sebagai pembalasan.
Saling balas antara AS dan China kemungkinan akan semakin memperburuk prospek ekonomi global saat negara itu berada di bawah pengaruh pandemi.
Suku bunga rendah dan gelombang stimulus untuk meredam ekonomi yang terkena virus telah mendorong harga emas, banyak digunakan sebagai asuransi terhadap meningkatnya ketidakpastian, sekitar 23% lebih tinggi sepanjang tahun ini.
Investor juga mencerna berita bahwa Amerika Serikat pada Selasa (21/7) mencatat lebih dari 1.000 kematian harian akibat virus corona. (RA)